Rabu, 26 Februari 2014

DIA SUKA PACARKU


Air mata ku mulai mengalir, meski aku mencoba mengusap dan membendung air mata itu, namun sepertinya tetes air  itu enggan berada terlalu lama lagi dimataku. Dan aku juga harus mengerti tentang hal itu. Meski sulit mengakhirinya,namun itu yang telah menjadi  keputusan Rama. Rama adalah pacarku, lebih tepatnya dia mantan pacarku. Aku dan Rama sudah hampir 3tahun berpacaran, tetapi hari ini tanpa alasan yang  jelas Rama memutuskan kisah cinta kita. Dan aku harus mencoba menerima keputusan itu.
            Rama meninggalkanku di taman kota, kemudian aku menghubungi Janet. Janet adalah sahabatku. Aku kenal Janet sejak kecil. Jadi apapun yang terjadi padaku Janet selalu tahu. Tak lama setelah aku menghubungi Janet aku bergegas menuju danau dekat taman kota. Tempat itu, tempat biasa kami mencurahkan segala perasaan. Tak berapa lama Janet  datang. Tanpa skenario sebelumnya, aku langsung memeluk Janet dan menangis dipelukannya. Janet mencoba menghiburku, namun hatiku tetap sakit dan sulit menghentikan tangisku.
“sudah Cit, jangan nangis terus. Masalahmu enggak akan selesai kalau kamu Cuma nangis” hibur Janet
            “tapi Rama mutusin aku tanpa alasan yang jelas. Kita sudah 3th bersama, masak Rama segitu        teganya nyakitin aku? Rama jahat net!” kataku emosi
“iya aku tahu itu, makanya kamu diem dulu, kita coba cari tahu alasan Rama kenapa mutusin kamu” kata Janet menenangkanku
            “tapi gimana caranya? “ tanyaku sambil mengusap air mataku
            “kita pikirkan solusinya nanti saja. Kita pulang dulu, hari sudah sore. nanti ibumu nyariin kamu lagi”ajak Janet
Kamipun berjalan menuju rumah kami masing-masing.
            Sampai di rumah, aku langsung masuk kamar tanpa memperdulikan kakak ku yang duduk di teras. Aku masih merasa sakit dengan kenyataan ini. sulit rasanya menerima semua ini, tapi itu yang harus terjadi. Air mata ini mulai menetes lagi saat melihat fotoku dengan Rama  terpajang dimeja dekat tempat tidurku. Air mataku semakin deras ketika aku memandang wajah Rama dalam foto itu. Rama seolah-olah tersenyum denganku. Namun aku sadar jika aku terus-terusan seperti ini,aku tidak akan bangkit. Kemudian aku meraih foto itu dan memasukkannya dalam laci meja belajarku. Dan mulai saat itu aku berniat akan melupakan Rama.
                                                                        ***
            “non,non Citra,,bangun sudah pagi” suara Mbok Inem membangunkanku
Kemudian aku bergegas menuju ruang kecil disebelah kamarku. Hari ini sebanarnya aku malas untuk masuk sekolah, namun aku teringat akan tekadku tadi malam. Jika aku terus terpuruk  aku tidak akan bangkit. Kemudian aku bersiap-siap dan turun menuju ruang makan. Disana sudah menunggu ibu dan kakakku.
            “tuben bangun pagi kak?” tanyaku pada kakakku
            “iya, hari ini ada kuliah pagi.”jawab kakakku singkat
            “Oh, gitu.. mulai hari ini aku berangkat sekolah bareng kakak terus ya?” pintaku agak manja
            “kamu gak dijemput Rama?”tanya ibu nyambung dialogku dengan kak Angga
            “aduh ibu, kenapa harus nyebut nama itu didepanku sih?”komentarku dengan sedikit menutup telinga
            “memang kenapa?kamu lagi ada masalah sama Rama?” tanya ibu lagi
            “udah deh bu, aku gak mau denger nama itu lagi. Titik!”kataku
            “ayo, berangkat!”ajak kak Angga
            “ayo.. ibuk aku berangkat!”pamitku
            “iya hati-hati” balas ibu penuh kasih
            Sesampainya di sekolah, aku menuju ruang kelasku. Aku berusaha memberi senyumku pada teman-temanku. Meski agak memaksa. Sampai di kelas aku tidak menemui Janet dibangkunya.
            “Janet kemana ya Ron?”tanyaku pada Roni yang berada dikelas itu
            “aku kurang tau Cit, dari tadi aku gak ketemu. Mungkin dia kesiangan.”jawab Roni sambil membaca bukunya.
            “gak biasanya Janet kesiangan” pikirku agak curiga
Namun aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Akupun berjalan menuju perpustakaan, tapi di tengah jalan aku dihentikan oleh Rara. Rara tetangga Janet itu memberiku sepucuk surat yang ternyata dalam surat itu tertulis bahwa Janet  ada urusan keluarga yang mengharuskan dia tidak masuk sekolah hari ini. kemudian aku meneruskan langkahku menuju perpustakaan. Di depan perpustakaan itu ada Reza dan Tama.
            “pagi Citra!”sapa mereka kompak
            “pagi juga”balasku manis
            “Rama sakit apa Cit? Kok sampai gak masuk?”tanya Tama padaku
            “Rama sakit?aku kurang tahu Tam”jawabku belaga cuek
            “lho.. kamu gimana sih, pacarnya kok gak tau Rama sakit” komentar Reza
            “aku sama Rama sudah tidak ada apa-apa lagi, jadi jangan tanya aku” kata ku sambil meninggalkan mereka di depan pintu.
            Bel tanda usai sekolah berbunyi, aku segera menuju gerbang dan mendapati Kak Angga disana. Akupun segera pulang. Sehari ini aku sama sekali tidak bisa konsentrasi dengan apa yang aku kerjakan setelah mendapat info dari Reza dan Tama tadi pagi. Sampai dirumah, aku langsung menuju kamar. Dikamar aku bingung, meghubungi Rama atau tidak ya.. hp sudah di tangan, namun aku masih bimbang untuk menghubunginya.
            “bagaimana aku bisa melupakannya kalo aku masih memikirkannya” gerutuku
            “tapi.... aduh aku pusing” kataku agak berteriak
            “hubungi, enggak, hubungi,enggak, hubungi deh..eh, jangan ah.. hubungi enggak yaa? Arghhhhh....!”aku mulai kesal
Disaat kebingunganku memuncak, Kak Angga sudah berada di sisiku.
            “kamu kenapa dek?tanya kakak
            “aku bingung kak. Kata Reza dan Tama, hari ini Rama sakit. Baiknya aku hubungi atau enggak ya kak?” ceritaku bawel
            “nurut kata hatimu aja dek” saran Kak Angga
Lalu, aku mencoba menghubungi. Namun mengecewakan teleponku tidak diangkat,bahkan smsku pun tidak ia balas. Aku hampir menangis.
            “sudah, adek Kak Angga gak boleh cengeng, yang penting kamu sudah menunjukkan empatimu ke Rama” hibur Kak Angga
Akupun mulai beranjak dari tempat tidurku dan meninggalkan kakak di kamarku sendiri.
                                                                        ***
            Hari ini hari Sabtu, biasanya aku bersemangat di hari sabtu, namun hari ini tidak. Aku begitu malas dan perasaanku begitu menyesakkan. Aku berangkat sekolah dengan langkah gontai. Sampai disekolah aku segera menuju kelasku, tanpa memperhatikan sekelilingku. Didalam kelas aku mendapati Janet dibangkunya sibuk dengan hpnya. Aku enggan bertanyaan, karena aku tau pasti itu sms dari cowoknya.
            “pagi net” sapaku pada Janet
            “pagi Cit” balas Janet sambil sibuk menyembunyikan hp-nya
            “udahlah net, gak usah ditutupin gitu deh. Aku juga udah tahu kok” kataku kurang nyaman dengan sikap Janet itu.
            “APA??”kata Janet kaget
            “kenapa sih, biasa ajalah”jawabku males-malesan
            “Citra maafin aku, aku sama sekali gak bermaksud nyakitin kamu” kata Janet mulai membingungkanku
            “aku tahu aku salah, aku bener-bener minta maaf ya Cit.. aku memang sudah suka sama Rama sejak lama. Dan aku pikir ini kesempatanku untuk jadi pacar Rama, setelah Rama putus denganmu. Tapi sungguh aku gak pernah nyuruh Rama untuk mutusin kamu” Jelas Janet
Mendengar penjelasan Janet, aku tau bahwa sms yang ia sembunyikan dariku itu dari Rama. Dan aku juga tahu mengapa Rama mutusin aku. Akupun pergi meninggalkan Janet tanpa sepatah katapun. Aku sendiri bingung, apakah aku kecewa dengan Janet atau dengan Rama, tapi yang jelas perasaanku begitu hancur. Aku berjalan tanpa tujuan. Namun langkahku terhenti ketika melihat Rama di koridor dekat kantor guru. Tanpa pikir panjang lagi aku menghampirinya.
            “sekarang aku tau alasanmu mutusin aku. Ini membuat aku benar-benar sakit tapi juga lega.terimakasih atas semuanya. Semoga kamu bisa bahagia dengannya” kataku sambil meninggalkan Rama tanpa menunggu jawaban dari Rama.
            Jam pulang sekolah, aku menunggu Kak Angga di depan gerbang sekolah. Tidak biasanya kak angga telat menjemputku. Namun aku tetap setia menunggunya. Tanpa sengaja aku melihat Rama dan Janet pulang bareng dengan motor  yang dulu biasa aku gunakan jalan-jalan dengan Rama. Hatiku benar-benar hancur.sekian lama aku mencari tau alasan Rama mutusin aku, ternyata alasan itu berada disampingku dan itu adalah sahabatku sendiri. Tak berapa lama Kak Angga datang. Dan aku mengajak Kak Angga menuju danau.
            “ngapain kita kesini dek?”tanya kak Angga
            “tempat ini adalah tempat aku dan Janet membagi kisah kak, tapi mungkin tempat ini tidak akan pernah aku kunjungi lagi dengannya. Aku kecewa kak!” air mataku mulai menetes
            “kecewa dengan?” kak Angga ingin tau
            “Janet kak. Ternyata Janet lah yang menjadi alasan kenapa Rama mutusin aku. Janet suka Rama kak. Mereka udah pacaran”tangisku mulai pecah
Kak Angga memeluk ku dengan kasih sayang. Ini jarang terjadi, biasanya Kak Angga gak pernah memelukku sehangat ini. biasanya Kak Angga cuek.
            “sudah, kalo udah tau alasannya harusnya adek udah bisa menerima keputusan Rama dan mulai melupakan semua tentang Rama”Kak Angga menenangkanku
            Setelah beberapa saat aku mulai tenang dan kami pun berjalan pulang. Saat kami melewati taman kota, aku melihat Rama dan  Janet begitu mesranya di taman kota. Namun aku coba untuk tidak memperdulikannya.
                                                                        ***
            Senin, selesai upacara di sekolah aku menuju perpustakaan. Disana aku ketemu dengan Sarah, kakak kelasku.
            “Kamu kok mau sih relain Rama buat sahabatmu sendiri, emangnya kamu gak sakit hati?”bisik Sarah
            “apapun yang terbaik buat mereka aku rela lakuin, meski sakit” jawabku sambil meninggalkan Sarah.
Aku mencoba melupakan masalahku dengan memunculkan hobi lamaku, yaitu membaca.Tanpa sengaja aku mengambil buku yang ternyata buku itu juga yang akan Rama ambil. Dengan segera aku menyerahkan buku itu dan meninggalkan Rama. Namun tanpa aku duga Rama mengejarku.
“Citra , tunggu aku”teriak Rama namun aku tetap berjalan meski akhirnya Rama mendapatiku
“tunggu, aku mau ngomong” kata Rama halus
“sori Ram. Aku sibuk, mungkin lain kali” kataku
“enggak Cit, ini gak bisa ditunda. Aku tahu kamu bohong, kamu gak punya kesibukan, jadi tolong dengarkan aku dulu” rayu Rama
“ok, 5 menit”aku memberi kesempatan Rama
“bukan disini” Rama menarik tanganku
Ia membawaku ke belakang sekolah dekat kantin. Tempat itu biasa kita pake menyelesaikan masalah saat kita masih pacaran dulu.
            “Citra, aku benar-benar minta maaf. Aku tau aku salah. Tapi aku mohon kamu bisa maafin aku. Aku suka Janet sudah lama bahkan saat pertama kita jadian dulu” jelas Rama
            “kamu enggak seharusnya jelasin itu ke aku. Aku gak butuh penjelasanmu kalo penjelasan itu hanya menyakitiku. Apa belum puas kamu menyakitiku dengan kamu mutusin aku?atau kamu belum puas menyakitiku dengan kamu jadian dengan Janet? Sekarang kamu mau apalagi?” kataku menahan tangis
            “aku tau ini semua nyakitin buat kamu. Aku Cuma mau minta ijin ke kamu, aku pacaran dengan Janet. Aku sayang kamu Cit, tapi aku juga sayang Janet.” Kata Rama
            “aku ijinin kamu pacaran dengan yang lain, tapi jangan dia. Itu nyakitin aku. Terlebih kamu ngomong kaya’ gitu. Kamu mainin perasaanku Rama. Aku benci kamu. Sekarang aku gak mau berurusan dengan mu. Apapun yang kamu mau silakan kamu lakukan dengan sesuka hatimu. Jangan hubungi aku lagi. Aku mau melupakan semua ini terlebih semua tentang kita!!”kataku sambil berlari menuju kelas.
Dikelas aku tidak bisa menahan tangisku. Roni menghampiriku untuk menghiburku.
            “kamu kenapa Cit?” tanya Roni
            “Ron, aku lagi pengen ssendiri. Tinggalin aku sendiri” kataku menolak niat baik Roni
Setelah Roni pergi, Janet menghampiriku.
            “Cit, kamu kenapa?”tanya Jenet sembari ingin memelukku,namun aku menepisnya.
            “kamu gak selayaknya nanya dan memeluk mantan dari pacar kamu!”kataku agak keras
            “Cit, apa yang kamu katakan. Aku ini sahabatmu?”kata Janet hampir menangis
            “kamu gak perlu basa-basi Net. Kamu memang sahabatku, yang selalu tau aku seperti apa, sampai apa yang aku punya kamu miliki juga”kata-kataku semakin kasar
            “Cit, maafin aku..maafin aku Cit”tangis Janet
            “kamu gak perlu minta maaf. Aku yang kurang ngerti dengan perasaan kalian (Rama datang saat itu_red).kalau saja Rama bilang ke aku tentang perasaannya ke kamu, mungkin semua ini gak akan terjadi. Dan aku tidak akan semenderita ini karena kebohongan kalian. Tapi sekarang semua sudah terlanjur dan aku sudah kecewa dengan kalian terlebih kamu Net! Aku tidak akan mengharapkan kamu lagi Ram. Dan kamu Net, maafin aku kalo aku sudah tidak mempercayaimu lagi..semoga kalian bisa bahagia, dan tidak akan pernah mengalami kejadian seperti apa yang aku alami” kataku meninggalkan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar