Air
mata ku mulai mengalir, meski aku mencoba mengusap dan membendung air mata itu,
namun sepertinya tetes air itu enggan
berada terlalu lama lagi dimataku. Dan aku juga harus mengerti tentang hal itu.
Meski sulit mengakhirinya,namun itu yang telah menjadi keputusan Rama. Rama adalah pacarku, lebih
tepatnya dia mantan pacarku. Aku dan Rama sudah hampir 3tahun berpacaran,
tetapi hari ini tanpa alasan yang jelas
Rama memutuskan kisah cinta kita. Dan aku harus mencoba menerima keputusan itu.
Rama meninggalkanku di taman kota,
kemudian aku menghubungi Janet. Janet adalah sahabatku. Aku kenal Janet sejak
kecil. Jadi apapun yang terjadi padaku Janet selalu tahu. Tak lama setelah aku
menghubungi Janet aku bergegas menuju danau dekat taman kota. Tempat itu, tempat
biasa kami mencurahkan segala perasaan. Tak berapa lama Janet datang. Tanpa skenario sebelumnya, aku
langsung memeluk Janet dan menangis dipelukannya. Janet mencoba menghiburku,
namun hatiku tetap sakit dan sulit menghentikan tangisku.
“sudah
Cit, jangan nangis terus. Masalahmu enggak akan selesai kalau kamu Cuma nangis”
hibur Janet
“tapi Rama mutusin aku tanpa alasan
yang jelas. Kita sudah 3th bersama, masak Rama segitu teganya nyakitin aku? Rama jahat net!” kataku emosi
“iya
aku tahu itu, makanya kamu diem dulu, kita coba cari tahu alasan Rama kenapa
mutusin kamu” kata Janet menenangkanku
“tapi gimana caranya? “ tanyaku
sambil mengusap air mataku
“kita pikirkan solusinya nanti saja.
Kita pulang dulu, hari sudah sore. nanti ibumu nyariin kamu lagi”ajak Janet
Kamipun berjalan
menuju rumah kami masing-masing.
Sampai di rumah, aku langsung masuk
kamar tanpa memperdulikan kakak ku yang duduk di teras. Aku masih merasa sakit
dengan kenyataan ini. sulit rasanya menerima semua ini, tapi itu yang harus terjadi.
Air mata ini mulai menetes lagi saat melihat fotoku dengan Rama terpajang dimeja dekat tempat tidurku. Air
mataku semakin deras ketika aku memandang wajah Rama dalam foto itu. Rama
seolah-olah tersenyum denganku. Namun aku sadar jika aku terus-terusan seperti
ini,aku tidak akan bangkit. Kemudian aku meraih foto itu dan memasukkannya
dalam laci meja belajarku. Dan mulai saat itu aku berniat akan melupakan Rama.
***
“non,non Citra,,bangun sudah pagi”
suara Mbok Inem membangunkanku
Kemudian aku
bergegas menuju ruang kecil disebelah kamarku. Hari ini sebanarnya aku malas
untuk masuk sekolah, namun aku teringat akan tekadku tadi malam. Jika aku terus
terpuruk aku tidak akan bangkit.
Kemudian aku bersiap-siap dan turun menuju ruang makan. Disana sudah menunggu
ibu dan kakakku.
“tuben bangun pagi kak?” tanyaku
pada kakakku
“iya, hari ini ada kuliah
pagi.”jawab kakakku singkat
“Oh, gitu.. mulai hari ini aku
berangkat sekolah bareng kakak terus ya?” pintaku agak manja
“kamu gak dijemput Rama?”tanya ibu
nyambung dialogku dengan kak Angga
“aduh ibu, kenapa harus nyebut nama
itu didepanku sih?”komentarku dengan sedikit menutup telinga
“memang kenapa?kamu lagi ada masalah
sama Rama?” tanya ibu lagi
“udah deh bu, aku gak mau denger
nama itu lagi. Titik!”kataku
“ayo, berangkat!”ajak kak Angga
“ayo.. ibuk aku berangkat!”pamitku
“iya hati-hati” balas ibu penuh
kasih
Sesampainya di sekolah, aku menuju
ruang kelasku. Aku berusaha memberi senyumku pada teman-temanku. Meski agak
memaksa. Sampai di kelas aku tidak menemui Janet dibangkunya.
“Janet kemana ya Ron?”tanyaku pada
Roni yang berada dikelas itu
“aku kurang tau Cit, dari tadi aku
gak ketemu. Mungkin dia kesiangan.”jawab Roni sambil membaca bukunya.
“gak biasanya Janet kesiangan”
pikirku agak curiga
Namun
aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Akupun berjalan menuju perpustakaan, tapi
di tengah jalan aku dihentikan oleh Rara. Rara tetangga Janet itu memberiku
sepucuk surat yang ternyata dalam surat itu tertulis bahwa Janet ada urusan keluarga yang mengharuskan dia
tidak masuk sekolah hari ini. kemudian aku meneruskan langkahku menuju
perpustakaan. Di depan perpustakaan itu ada Reza dan Tama.
“pagi Citra!”sapa mereka kompak
“pagi juga”balasku manis
“Rama sakit apa Cit? Kok sampai gak
masuk?”tanya Tama padaku
“Rama sakit?aku kurang tahu
Tam”jawabku belaga cuek
“lho.. kamu gimana sih, pacarnya kok
gak tau Rama sakit” komentar Reza
“aku sama Rama sudah tidak ada
apa-apa lagi, jadi jangan tanya aku” kata ku sambil meninggalkan mereka di
depan pintu.
Bel tanda usai sekolah berbunyi, aku
segera menuju gerbang dan mendapati Kak Angga disana. Akupun segera pulang.
Sehari ini aku sama sekali tidak bisa konsentrasi dengan apa yang aku kerjakan
setelah mendapat info dari Reza dan Tama tadi pagi. Sampai dirumah, aku
langsung menuju kamar. Dikamar aku bingung, meghubungi Rama atau tidak ya.. hp
sudah di tangan, namun aku masih bimbang untuk menghubunginya.
“bagaimana aku bisa melupakannya
kalo aku masih memikirkannya” gerutuku
“tapi.... aduh aku pusing” kataku
agak berteriak
“hubungi, enggak, hubungi,enggak,
hubungi deh..eh, jangan ah.. hubungi enggak yaa? Arghhhhh....!”aku mulai kesal
Disaat
kebingunganku memuncak, Kak Angga sudah berada di sisiku.
“kamu kenapa dek?tanya kakak
“aku bingung kak. Kata Reza dan
Tama, hari ini Rama sakit. Baiknya aku hubungi atau enggak ya kak?” ceritaku
bawel
“nurut kata hatimu aja dek” saran
Kak Angga
Lalu,
aku mencoba menghubungi. Namun mengecewakan teleponku tidak diangkat,bahkan
smsku pun tidak ia balas. Aku hampir menangis.
“sudah, adek Kak Angga gak boleh
cengeng, yang penting kamu sudah menunjukkan empatimu ke Rama” hibur Kak Angga
Akupun
mulai beranjak dari tempat tidurku dan meninggalkan kakak di kamarku sendiri.
***
Hari ini hari Sabtu, biasanya aku
bersemangat di hari sabtu, namun hari ini tidak. Aku begitu malas dan
perasaanku begitu menyesakkan. Aku berangkat sekolah dengan langkah gontai.
Sampai disekolah aku segera menuju kelasku, tanpa memperhatikan sekelilingku.
Didalam kelas aku mendapati Janet dibangkunya sibuk dengan hpnya. Aku enggan
bertanyaan, karena aku tau pasti itu sms dari cowoknya.
“pagi net” sapaku pada Janet
“pagi Cit” balas Janet sambil sibuk
menyembunyikan hp-nya
“udahlah net, gak usah ditutupin
gitu deh. Aku juga udah tahu kok” kataku kurang nyaman dengan sikap Janet itu.
“APA??”kata Janet kaget
“kenapa sih, biasa ajalah”jawabku
males-malesan
“Citra maafin aku, aku sama sekali
gak bermaksud nyakitin kamu” kata Janet mulai membingungkanku
“aku tahu aku salah, aku bener-bener
minta maaf ya Cit.. aku memang sudah suka sama Rama sejak lama. Dan aku pikir
ini kesempatanku untuk jadi pacar Rama, setelah Rama putus denganmu. Tapi
sungguh aku gak pernah nyuruh Rama untuk mutusin kamu” Jelas Janet
Mendengar
penjelasan Janet, aku tau bahwa sms yang ia sembunyikan dariku itu dari Rama.
Dan aku juga tahu mengapa Rama mutusin aku. Akupun pergi meninggalkan Janet
tanpa sepatah katapun. Aku sendiri bingung, apakah aku kecewa dengan Janet atau
dengan Rama, tapi yang jelas perasaanku begitu hancur. Aku berjalan tanpa
tujuan. Namun langkahku terhenti ketika melihat Rama di koridor dekat kantor
guru. Tanpa pikir panjang lagi aku menghampirinya.
“sekarang aku tau alasanmu mutusin
aku. Ini membuat aku benar-benar sakit tapi juga lega.terimakasih atas
semuanya. Semoga kamu bisa bahagia dengannya” kataku sambil meninggalkan Rama
tanpa menunggu jawaban dari Rama.
Jam pulang sekolah, aku menunggu Kak
Angga di depan gerbang sekolah. Tidak biasanya kak angga telat menjemputku.
Namun aku tetap setia menunggunya. Tanpa sengaja aku melihat Rama dan Janet
pulang bareng dengan motor yang dulu
biasa aku gunakan jalan-jalan dengan Rama. Hatiku benar-benar hancur.sekian
lama aku mencari tau alasan Rama mutusin aku, ternyata alasan itu berada
disampingku dan itu adalah sahabatku sendiri. Tak berapa lama Kak Angga datang.
Dan aku mengajak Kak Angga menuju danau.
“ngapain kita kesini dek?”tanya kak
Angga
“tempat ini adalah tempat aku dan
Janet membagi kisah kak, tapi mungkin tempat ini tidak akan pernah aku kunjungi
lagi dengannya. Aku kecewa kak!” air mataku mulai menetes
“kecewa dengan?” kak Angga ingin tau
“Janet kak. Ternyata Janet lah yang
menjadi alasan kenapa Rama mutusin aku. Janet suka Rama kak. Mereka udah
pacaran”tangisku mulai pecah
Kak Angga
memeluk ku dengan kasih sayang. Ini jarang terjadi, biasanya Kak Angga gak
pernah memelukku sehangat ini. biasanya Kak Angga cuek.
“sudah, kalo udah tau alasannya
harusnya adek udah bisa menerima keputusan Rama dan mulai melupakan semua
tentang Rama”Kak Angga menenangkanku
Setelah beberapa saat aku mulai
tenang dan kami pun berjalan pulang. Saat kami melewati taman kota, aku melihat
Rama dan Janet begitu mesranya di taman
kota. Namun aku coba untuk tidak memperdulikannya.
***
Senin, selesai upacara di sekolah
aku menuju perpustakaan. Disana aku ketemu dengan Sarah, kakak kelasku.
“Kamu kok mau sih relain Rama buat
sahabatmu sendiri, emangnya kamu gak sakit hati?”bisik Sarah
“apapun yang terbaik buat mereka aku
rela lakuin, meski sakit” jawabku sambil meninggalkan Sarah.
Aku
mencoba melupakan masalahku dengan memunculkan hobi lamaku, yaitu membaca.Tanpa
sengaja aku mengambil buku yang ternyata buku itu juga yang akan Rama ambil.
Dengan segera aku menyerahkan buku itu dan meninggalkan Rama. Namun tanpa aku
duga Rama mengejarku.
“Citra
, tunggu aku”teriak Rama namun aku tetap berjalan meski akhirnya Rama
mendapatiku
“tunggu,
aku mau ngomong” kata Rama halus
“sori
Ram. Aku sibuk, mungkin lain kali” kataku
“enggak
Cit, ini gak bisa ditunda. Aku tahu kamu bohong, kamu gak punya kesibukan, jadi
tolong dengarkan aku dulu” rayu Rama
“ok,
5 menit”aku memberi kesempatan Rama
“bukan
disini” Rama menarik tanganku
Ia membawaku ke
belakang sekolah dekat kantin. Tempat itu biasa kita pake menyelesaikan masalah
saat kita masih pacaran dulu.
“Citra, aku benar-benar minta maaf.
Aku tau aku salah. Tapi aku mohon kamu bisa maafin aku. Aku suka Janet sudah
lama bahkan saat pertama kita jadian dulu” jelas Rama
“kamu enggak seharusnya jelasin itu
ke aku. Aku gak butuh penjelasanmu kalo penjelasan itu hanya menyakitiku. Apa
belum puas kamu menyakitiku dengan kamu mutusin aku?atau kamu belum puas
menyakitiku dengan kamu jadian dengan Janet? Sekarang kamu mau apalagi?” kataku
menahan tangis
“aku tau ini semua nyakitin buat kamu.
Aku Cuma mau minta ijin ke kamu, aku pacaran dengan Janet. Aku sayang kamu Cit,
tapi aku juga sayang Janet.” Kata Rama
“aku ijinin kamu pacaran dengan yang
lain, tapi jangan dia. Itu nyakitin aku. Terlebih kamu ngomong kaya’ gitu. Kamu
mainin perasaanku Rama. Aku benci kamu. Sekarang aku gak mau berurusan dengan
mu. Apapun yang kamu mau silakan kamu lakukan dengan sesuka hatimu. Jangan
hubungi aku lagi. Aku mau melupakan semua ini terlebih semua tentang kita!!”kataku
sambil berlari menuju kelas.
Dikelas aku
tidak bisa menahan tangisku. Roni menghampiriku untuk menghiburku.
“kamu kenapa Cit?” tanya Roni
“Ron, aku lagi pengen ssendiri.
Tinggalin aku sendiri” kataku menolak niat baik Roni
Setelah Roni
pergi, Janet menghampiriku.
“Cit, kamu kenapa?”tanya Jenet sembari
ingin memelukku,namun aku menepisnya.
“kamu gak selayaknya nanya dan
memeluk mantan dari pacar kamu!”kataku agak keras
“Cit, apa yang kamu katakan. Aku ini
sahabatmu?”kata Janet hampir menangis
“kamu gak perlu basa-basi Net. Kamu
memang sahabatku, yang selalu tau aku seperti apa, sampai apa yang aku punya
kamu miliki juga”kata-kataku semakin kasar
“Cit, maafin aku..maafin aku
Cit”tangis Janet
“kamu gak perlu minta maaf. Aku yang
kurang ngerti dengan perasaan kalian (Rama datang saat itu_red).kalau saja Rama
bilang ke aku tentang perasaannya ke kamu, mungkin semua ini gak akan terjadi.
Dan aku tidak akan semenderita ini karena kebohongan kalian. Tapi sekarang
semua sudah terlanjur dan aku sudah kecewa dengan kalian terlebih kamu Net! Aku
tidak akan mengharapkan kamu lagi Ram. Dan kamu Net, maafin aku kalo aku sudah
tidak mempercayaimu lagi..semoga kalian bisa bahagia, dan tidak akan pernah
mengalami kejadian seperti apa yang aku alami” kataku meninggalkan mereka.