Pernah
gak sih kalian tuh ngerasa gak adil dengan semua yang terjadi dihidup kalian? Pernah gak sih kalian ngerasa kalo semua
orang yang ada disekitar kalian tuh bermuka dua? Pernah gak sih kalian dihadapkan
dengan keadaan yang selalu pada akhirnya nyakitin kalian sendiri? Pernah gak
sih kalian ngerasa kalian salah udah
dilahirkan didunia ini dengan keadaan yang sekarang memojokkan dan meyakitkan
hati kalian? Semua pertanyaan itu yang selama ini selalu memenuhi kepala gue.
Apakah Tuhan itu adil ketika orang lain bisa tertawa lepas sedangkan gue harus
terluka terhempas? Apakah Tuhan itu adil ketika apa yang kita harapkan selalu
dihancurkan? Apakah Tuhan adil ketika semua keadaan semakin menghancurkan hati
gue namun Tuhan masih saja membiarkan gue semakin hancur?
Apakah
salah ketika kita bermimpi untuk bahagia dan lepas dari keadaan yang selalu
menyakitkan diri sendiri? gue menjadi orang yang benar-benar tidak berguna
ketika sekitar gue, bahkan keluarga gue
sendiri selalu menjatuhkan gue. gue seperti orang yang tidak berarti ketika gue
berhadapan langsung dengan mereka. Itu sebabanya gue selalu menyendiri dan
selalu membiarkan waktu gue berlalu begitu saja dengan rutinitas yang
membosankan disebuah ruang sepetak –kamar-. Ya gue selalu nyaman dengan dunia
gue dan kamar gue. gue merasa bebas dan menjadi ratu ketika gue memasuki kamar
dan menutup pintu. gue bahkan merasa lebih aman ketika gue didalam kamar
sendiri dengan music yang gue dengarkan sendiri. Dan mulai tak peduli dengan
suara gemuruh dari luar yang mungkin bisa membunuh gue saat itu juga didalam
kamar gue yang sempit. Dan gue gak peduli!!
Sebagaian
dari kalian mungkin paham apa yang gue rasakan. Namun mungkin banyak yang gak
paham atau bahkan gak ngerti sama sekali tentang perasaan yang sekarang dan
dari dulu gua alami. gue adalah seorang gadis yang terlahir diantara
orang-orang yang gue sendiri gak bisa memahami karakter mereka. Apakah mereka
baik, ataukah mereka jahat. Gue adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Dan
gue adalah anak perempuan sendiri dari empat bersaudara tersebut. Ya, ketiga
kakak gua adalah laki-laki. Seharusnya bisa melindungi gue dari semua hal yang
bisa menyakiti gue. Namun ternyata?? Semua itu tak seperti apa yang gue
angan-angankan sejak gua kecil. semua berubah seiring berjalannya waktu. gue
sendiri gak pernah tau apa yang membuat keadaan ini berubah begitu drastic. Dan
gue lah yang selalu merasakan rasa sakit hati dari semua perubahan ini. gue
seperti gak ingin dewasa, gue ingin tetap berada dimasa dimana mereka bisa
menyayangi gua terus. Namun gue pun sadar kalo hal itu gak mungkin terjadi.
Sebenarnya,
gua adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Karena kakak pertama gue bukanlah
anak kandung dari orangtua gue. Tapi kakak pertama gue sudah tinggal bersama
keluarga gue sejak ia masih kecil. itu artinya sejak gua belum lahir ke dunia
ini. Dengan kata lain, kakak pertama gue sudah dianggap sebagai anak sendiri
oleh kedua orangtua gue. Kini kakak pertama gue udah menikah dan udah memiliki
satu anak. So far, gue gak pernah
punya masalah dengan kakak pertama gue. Bahkan kakak gue yang pertama lah yang
selalu ada kalo gue butuh sesuatu. Contoh kecilnya adalah, ketika orangtua gue
–papi- udah gak bisa menjadi wali murid ketika gue SMK, kakak gue yang pertama lah
yang selalu meluangkan waktunya untuk datang ke sekolahan dan dengan sabar
mengurus semua urusan gua di sekolah. Selama 3 tahun sekolah SMK, kakak gue
yang pertama lah yang selalu mengurus gue disekolah. selain karena tempat
kerjanya dekat dengan sekolah gua, tapi karena memang papi sudah gak mampu lagi
untuk mengurus semua urusan gua disekolah. Seperti yang udah gua bilang diawal
tadi, bahwa gua sama sekali gak pernah punya masalah yang berarti dengan kakak
pertama gua. Namun mungkin dengan istrinya. Ya, istrinya. Gak tau kenapa, gua
merasa benci dengan istri dari kakak pertama gua. Tapi gak tau kenapa rasa
benci ini selalu bisa gue tutupi. Gue masih bisa berbicara halus dengannya. gue
masih bisa menerima barang pemberiaannya. gue bahkan masih bisa bercanda
dengannya. Tapi rasa benci ini selalu muncul ketika ia udah mulai berulah,
apalagi ketika ulahnya itu membuat hati orangtua gua sakit. Anak mana yang gak
sakit hati ketika orangtuanya disakiti? Disakiti oleh anak menantunya sendiri?
Rasa benci ini memuncak ketika papi masuk rumah sakit. Mendengar dari tetangga,
istri dari kakak pertama gua ini bilang dengan kepercayaan diri yang tinggi dan
mungkin sedikit ditambah dengan chivas sebotol, dan botolnya itu dipukulin
kekepalanya dan otaknya menjadi geser beberapa inci dari tempat semula, ia
berkata
“papi tuh kaya gitu
karena durhaka sama anak!! Kalo papi minta maaf samaku, papi tuh bisa sembuh”
Mendengar kata-kata itu
seketika gue seperti melayang dan muter-muter, naik ke langit tingkat tujuh,dan
terjun bebas dari sana. Lebay dikit boleh ya?hahaha. tapi emang gitu yang gue
rasain. Antara percaya dan gak percaya, seorang anak menantu bisa bilang kayak
gitu tentang mertuannya yang sekarat dirumah sakit. Antara bego atau dibegoin
ketika dengar kata-kata itu keluar dari seorang mantu yang udah diusir dari
keluarganya sendiri yang kemudian dirawat oleh mertuanya yang saat itu udah
sekarat dirumah sakit. Antara pengen marah dan kaget ketika seorang mantu yang
gak tau diri dan gak tau terimakasih ngomong kayak gitu tentang mertuanya, yang
ternyata mertuanya itu adalah bokap gue. ya BOKAP GUE!!! kalo pun waktu tuh
mantu bilang kayak gitu tentang bokap gue dan gue ada disitu, gue pasti dengan
tegap berdiri menantang dengan tangan dipinggang, mata melotot kalo perlu sampe
keluar sekalian tuh mata, gue bakal ngomong
“OTAK LO GAK LO
PAKE ATAU MEMANG LO GAK PUNYA OTAK?! MANA ADA ORANGTUA SEKARAT KARENA DURHAKA
SAMA ANAK?! SEJARAH MANA YANG NULIS CERITA ORANGTUA DURHAKA SAMA ANAK?! YANG
ADA BOKAP GUE SEKARAT KAYAK GITU KARENA MIKIR ANAKNYA! KENAPA ANAKNYA PUNYA
ISTRI KAYAK LO!!!”
Kira-kira sih gue bakal
ngomong kayak gitu kalo gue ada disitu. Tapi karena waktu itu gue gak ada di te
ka pe, maka gue cukup bilang “FREAK!!”
Itulah sebabnya kenapa gue
bisa benci sama istri kakak gue yang pertama. Tapi gue juga heran ya, kenapa
gue masih bisa ngobrol dan bercanda sama dia saat ini. Mungkin karena mulut dia
manis semanis gulali kadaluwarsa. Tapi ya sudahlah, toh selama ini dia belum
berani ngata-ngatain orangtua gue didepan gue.
selama itu belum terjadi, gue masih bisa tersenyum dan bercanda sama
dia, yaa walau gak bisa diboongin kalo gue benci sama dia.
Kakak
gue yang kedua. Duh, males sih ngomongin part ini. Tapi ya gimana lagi dia
masuk silsilah keluarga gue, so harus
gue bahas. Jadi, kakak gue yang kedua ini juga udah nikah dan udah punya anak.
Sebenarnya ceritanya hampir sama. Sejauh ini gue gak pernah punya masalah yang
cukup rumit sama kakak gue yang kedua. Kalo berantem besar pernah sih. Secara
sifat gue sama dia tuh sama. Sama-sama keras kepala dan kasar. Ya, kakak gue
yang kedua ini lebih sering berantem sama gue dibandingkan kakak gue yang
pertama. Gak tau kenapa gue gak pernah bisa cocok dengan kakak kedua gue. yang
ada malah Cuma cekcok. Dalam segala hal. Makanya rumah tuh selalu memanas
ketika gue dan kakak gue duduk bersama dan ketika kita udah mulai pembicaraan,
selalu diakhiri dengan pertengkaran. Sampe gue pernah ngerasa bosan berantem
sama kakak gue yang kedua ini, gue pernah ngediemin dia ketika dia marah-marah,
alhasil dianya makin emosi dan ngamuk-ngamuk. Sekuat apapun gue ngediemin dia,
gue tetap gak bisa. Dan selalu berantem. Tapi beberapa jam kemudian gue baikan.
Selalu begitu. So far semua itu gue
anggap wajar dalam bersaudara. Sama dengan cerita sebelumnya tentang istri dari
kakak gue yang pertama, guepun juga benci dengan istri dari kakak gue yang
kedua. Bedanya, kalo dengan istri kakak gue yang pertama gue masih bisa
bercanda, tapi dengan istri kakak gue yang kedua ini bicarapun jarang apalagi
bercanda. Gue udah “benci maksimal” kalo kata anak gaul sih gitu. Alasannya?
Gue juga gak tau kenapa. Ya pokoknya sih benci aja. Sampe detik ini gue nulis
ini pun gue gak tau kenapa gue benci. Tapi mari kita flashback,kali aja ketemu alasan yang bikin gue benci sama dia.
Jadi
gini, dahulu kala kakak gue nikah sama tuh istrinya. Awal pernikahan sih masih
ayem-ayem aja. Kakak gue sama istrinya ini masih tinggal bareng gue di rumah
orangtua gue. sampe sekarang sih juga masih tinggal bareng. Oke skip bagian ini. Nah, seiring
berjalannya waktu, semua kebaikan itu pasti lambat laun juga bisa pudar keules. Nah mungkin itulah yang terjadi
sama istri kakak gue yang kedua ini. Gak tau kenapa akhir-akhir ini sifat
buruknya mulai keliatan. Dia mulai gak sopan sama orangtua gue. apalagi
sekarang udah gak ada bokap gue lagi. Makin menjadi-jadilah tuh iblis yang
berkeliaran dirumah gue. jadi untuk sekedar tau aja, sepertinya sih bokap gue
tuh bencinya setengah mati sama mantunya yang ini. Dan gue mulai ngerti kenapa
bokap gue benci banget sama mantu-mantunya –istri dari kakak gue yang pertama
dan kakak gue yang kedua-. Kalo gue bencinya sama tuh istri dari kakak gue yang
kedua tuh karena dia tuh kan tinggal nebeng dirumah mertua, tapi gak bisa sadar
kalo dia tuh Cuma nebeng hidup doang. Gue sih gak masalah ya dia mau tinggal
dirumah orangtua gue sampe dia membusuk dirumah orangtua gue ini gak masalah
buat gue. Gue tuh Cuma minta dia tuh sadar dan sopan sama orangtua gue. kalo
mau pergi tuh setidaknya pamit sama orang rumah, jangan main keluar-masuk rumah
seenaknya. Terus juga kalo pake barang-barang orang lain –prabotan rumah
tangga- tuh yang tanggung jawab gak main udah pake terus dibiarin gitu aja.
Terus kalo ngomong sama orangtua gue tuh yang sopan. Gue sih gak minta dia buat
nunduk ketika orangtua gue lewat,gue juga gak minta dia buat jalan jongkok ala
abdi dalem kraton yang mau ketemu sama raja ketika dia ketemu sama orangtua
gue. gue Cuma minta dia tuh anggap orangtua gue itu orang. Dengan begitu saja
gue dan orangtua gue udah seneng. Gue benci sama dia udah itu aja untuk nutup part ini.
Kakak
gue yang ketiga, hampir sama dengan cerita kakak gue yang kedua tadi. Gue gak
pernah bisa cocok sama dia, tapi jarang juga berantem sama dia. Mungkin gak
banyak hal yang bisa gue ceritain di part ini. Karena gak banyak waktu juga gak
bisa gue nikmati bareng kakak gue yang ketiga ini. Waktu kecil gue lebih sering
main sama kakak gue yang ketiga ini ketimbang dengan kakak gue yang pertama dan
kedua. Karena secara garis keturunan kakak gue yang ketiga ini adalah kakak
yang tepat diatas gue –sebelum gue-. bingung ya dengan maksud gue? sama! Ya
pokoknya intinya mah gitu deh. Tapi walau begitu gue gak terlalu dekat dengan
kakak gue ini. Dulu waktu dia lahir dia harus dibuang sama orangtua gue. bukan
dibuang sih,tapi dikasih ke temen dari orangtua gue. bukan karena orangtua gue
gak sayang sama kakak gue ini, tapi karena orangtua gue adalah keturunan jawa,
dan jawa itu banyak hal-hal mitos yang berkembang dimasyarakat sekitar. Salah
satu mitosnya tuh kalo ada anak lahir dan hari kelahiran jawanya –weton- sama
dengan orangtua,anak tersebut harus dibuang karena mitosnya bakalan sial. Nah,
weton kakak gue ini sama dengan weton bokap gue. jadi, kakak gue dibuang sama
orangtua gue. bukan dibuang, tapi dikasih dan dirawat sama temen dari orangtua
gue. namun, akhirnya kakak gue ini diambil lagi sama orangtua gue. Semua
berjalan sewajarnya, kakak gue sekolah dengan wajar dan gue pun juga sekolah
dengan wajar.
Gue
gak tau berapa selisih umur gue sama kakak gue yang ketiga ini, tapi yang jelas
waktu gue kelas 3 SD kakak gue kelas 2 SMA. Dan waktu itu adalah waktu terakhir
gue bareng kakak gue. Ya, kakak gue udah meninggal. Meninggal tepat diumurnya
yang ke 18 tahun. Miris bukan? Masa
dimana seharusnya bisa seneng-seneng malah harus berhenti seketika. Dan gak ada
yang bisa mengubah waktu ketika Sang Waktu sudah memintanya berhenti. Kakak gue
meninggal karena kecelakaan tunggal. Hal ini lah yang membuat semakin miris.
Waktu itu gue,orangtua gue,dan kakak gue yang pertama lagi pergi. Kita lagi
ngadaain acara baptisan kakak gue yang pertama. Gue rasa gak perlu gue jelasin
kan baptisan itu apa? Oke skip. Nah,
sore hari menjelang magrib waktu kita mau pulang, kita disusul sama tetangga
kita. Waktu itu tetangga gue nyusul pake sepeda motor.sedangkan gue dan
keluarga bareng dengan rombongan dari gereja. Nah, tetangga gue ini ngasih tau
pelan-pelan sama gue dan bokap gue. Nyokap gue belum dikasih tau, soalnya
takutnya shock dan pingsan. Makanya
tetangga gue itu ngasih tau gue dan bokap gue. sebenarnya sih yang dikasih tau
Cuma bokap gue, gue sih Cuma nguping. Oke lupakan. Dan mendengar berita itu
seketika komentar konyol keluar dari mulut gue. gue bilang
“haaalaah jatuh
dari motor lagi, sudah biasa”
Dan gue baru sadar gue
nyesel ngomong gitu. Oke balik lagi dengan cerita flashback tadi. Bokap gue langsung cabut bareng tetangga gue yang
nyusul tadi. Sedangkan gue,mami,dan kakak pertama gue masih bergabung dengan
rombongan dari gereja. Singkat cerita, gue sampe dirumah dan seketika gue kaget
bercampur bingung. Karena begitu banyak manusia yang berkumpul didepan rumah
gue. gak biasanya kalo kakak gue kecelakaan terus banyak yang kumpul begitu
dirumah gue. gue masuk pelan-pelan dan masih tetap tenang, sedangkan mami udah
panic dan histeris ketika melihat anaknya kumpul semua kecuali kakak gue yang
ketiga ini. Bokap juga gak ada karena bokap udah dirumah sakit ngurusin kakak
gue ini. Lalu setelah nyokap gue dikasih tau pelan-pelan dan ngerti keadaan
yang sebenarnya, maka kami menunggu nyokap kami tenang dan kami akan nyusul
bokap ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, gue gak bisa masuk ke ruang ICU dan gue harus nunggu diluar. Gue
yang emang dari kecil takut sama yang namanya rumah sakit, gue cukup diem
dipojok taman rumahsakit. Nunggu nyokap-bokap keluar. Dan akhirnya waktu hampir
tengah malam, kakak gue dinyatakan meninggal karena mengalami gagarotak –gagal
otak- akibat benturan keras waktu kecelakaan. Tepat tanggal 20 January 2004 kakak gue meninggal.
Dan hal yang paling gue inget tentang dia adalah :
1.
Dulu kakak gue pernah dihajar sama bokap gue
gara-gara ketahuan ngerokok dan minum minuman keras. Gue lupa gue umur berapa
dan kakak gue umur berapa. Yang jelas kakak gue nangis kesakitan. Dan saat itu
gue menjadi takut sama bokap gue. gue juga jadi benci dengan bokap gue. oke skip tentang ini.
2.
Gue masih ingat banget seminggu sebelum
kejadian, gue disuruh kakak gue mintain cabe ke rumah kakek gue, tapi gue gak
berangkat. Dan kakak gue ini marah, gue nyesel.
3.
Gue selalu ingat kata-katanya kalo gue dan
dia gak sengaja tabrakan. Dengan penuh semangat gue dan kakak gue selalu
berbarengan bilang “matamu”
4.
Gue ingat pas kakak gue terlibat tawuran
disekolahannya, dan dia harus ditahan dikantor polisi. Dan dia nangis waktu
gue,papi,sama mami ngejenguk dia. Waktu itu papi emang sengaja membiarkan kakak
gue ini ditahan dulu, ceritanya sih biar kapok gitu. Tapi ternyata papi gue
yang kapok. Papi gue nyesel ambil keputusan kakak gue ditahan dulu, karena
ternyata kakak gue diperlakukan kasar oleh aparat dikantor polisi tersebut.
Waktu gue dan orangtua gue ngejenguk kakak gue, kakak gue nangis dibelakang
kantor polisi tersebut. Setelah ditanya sama bokap gue, tenyata kakak gue
disuruh makan dengan makanan basi dan dengan cara layaknya anjing, tau kan?
Selain itu dada kakak gue juga ditonjok yang mengakibatkan kakak gue susah nafas.
Dengan seketika level kemarahan bokap gue yang notabene memang emosional pun
memuncak. Murkanya tersebut dilampiaskan kepada polisi yang ditunjuk kakak gue
sebagai tersangka utama. Tapi bokap gue gak ditahan ya,hahahaha, secara mantan
polisi juga *sombong*hahahah
ya itulah beberapa hal yang
gue inget tentang kakak gue yag ketiga ini. Sekarang udah sepuluh tahun kakak
gue gak ada. Selama itu juga, baru sekali kakak gue datang ke mimpi gue. itu
sekitar beberapa hari sebelum lebaran 1435 H tahun ini. Oke, satu kata untuk
menutup part ini adalah KANGEN.
Bagian
ini gue bingung apa yang akan gue ungkapin. Tentang orangtua. Banyak hal
sebenarnya terjadi, secara gue udah bareng-bareng dengan orangtua gue selama 20
tahun –hitungan kotor-. Gak usah tanya hitungan kotor tuh gimana, soalnya gue
juga gak ngerti. Oke, balik ke topic. Gue punya bokap dan gue punya nyokap.
Jelas lah!! Banyak sikap dan sifat bokap dan nyokap gue yang gue suka dan gue
benci. Tapi so far, hampir semua gue
benci sih.
Sikap nyokap gue dulu ya :
1.
Nyokap gue seorang ibu rumah tangga yang
pinter banget masak, makanya beliau buka usaha catering.
2.
Nyokap gue adalah seorang ibu yang sayang
sama anaknya terutama anak pertamanya. Ya, kakak gue yang pertama adalah anak
kesayangannya. Apapun untuknya pokoknya mah. Gue iri sih, tapi ya sudah gue
bisa apa.
3.
Nyokap gue bisa bijak, apalagi kalo udah
nyangkut tentang agama. Ngomongnya udah mirip pendeta yang lagi kotbah didepan
jemaat beratus-ratus orang banyaknya.
4.
Nyokap gue bisa tegas meski banyak
toleransinya.
5.
Nyokap gue suka banget ngebanding-bandingin,
terutama ngebanding-bandingin gue dengan anak adik-adiknya. Hal ini yang paling
gue benci dari nyokap gue. kadang gue sakit hati aja kalo dibanding-bandingin
gitu. Tapi emang pada dasarnya gue gak suka dibanding-bandingin sih. Wajar!
6.
Nyokap gue suka ngoceh apalagi kalo pagi
hari, udah kaya burung aja. Tapi kalo udah ada segelas teh panas langsung diem.
7.
Nyokap gue gak suka rumahnya berantakan, tapi
nyatanya nyokap gue jarang banget bersihin rumah. Paling Cuma nyapu. Ngepelpun
jarang dan terbilang ga pernah. Parah!
8.
Nyokap gue suka mendengkur keras banget,
sampe gue harus nendang beliau biar diem. Maaf mam =D
9.
Nyokap gue suka dandan dengan bedak setebal
kaca jendela rumah kalian. Maaf lagi mam =D. but, cantik sih. Anaknya aja cantik. Hahahah #nocomentgaes
10. Nyokap
gue suka nyimpen perasaan dan nanti nangis sendirian. Sifat ini nurun ke gue.
11. Nyokap
gue suka belanja sama kayak nyokap kalian. kadang suka khilaf kalo belanja dan
akhirnya nanti marah-marah gegara duitnya abis.
12. Nyokap
gue suka perhitungan, apalagi ngitung duit.
13. Nyokap
gue lebih memilih diem ketika ada hal buruk yang dituduhkan ke beliau atau
kekeluarganya. Karena nyokap gue punya prinsip yang kuat yaitu : nyokap gue
selalu percaya dengan keluarganya, dan nyokap gue percaya kalo pembalasan
adalah hak Tuhan. Serem gak tuh? J
14. Nyokap
gue beriman, meski kadang suka khilaf marah-marah layaknya orang tak beriman.
15. Bagi
nyokap gue agama adalah hal penting. Makanya beliau menekankan ajaran agama ke
gue. ya ke gue aja, soalnya kakak gue yang kedua udah lepas dan beda agama, dan
kakak gue yang pertama dari lahir sampe sekarang lempeng-lempeng aja kgak ada
greget untuk kebih maju dalam iman –ini kata nyokap gue lhoo-. Dan harapan
satu-satunya ya Cuma gue,kalo sampe gue melenceng ya wasallam.
16. Nyokap
gue cinta sama bokap gue. selain itu nyokap gue juga cinta sama damai. Siapa
tuh damai? Lupakan!
17. Nyokap gue adalah wonder women yang
super duper top markotop.
Sikap
dan sifat bokap gue nih sekarang. Banyak hal yang gue inget tentang bokap gue.
dari gue kecil sampe akhirnya gue segede gini, dan sampe akhirnya bokap
ninggalin gue dan keluarga gue. Ya gaes,
bokap gue udah meninggal. Desember 2013 adalah bulan penutup tahun yang cukup memilukan buat gue. natal 2013
adalah natal pertama tanpa sosok papi. Secara 5 hari sebelum natal, tepatnya
tanggal 20 desember 2013 bokap gue meninggal dunia. Saat itu gue gak tau dan
gue gak sadar apa yang terjadi. Gue sadar bokap gue udah gak ada ketika pagi
harinya, gue bangun dan keluar dari kamar, jenasah bokap gue masih terbaring
dipeti dan siap untuk upacara pemakaman. Bokap gue emang udah lama sakit. Awal
penyakitnya itu saat gue mau daftar ke SMK. Saat itu gue bareng temen gue
daftar ke sekolah gue, dan ternyata sekolah gue mengharuskan orangtua untuk
ikut mendampingi calon siswa untuk test wawancara. Nah, gue telfon bokap gue.
waktu itu bokap gue bilang kalo, gue harus nunggu sebentar sampe urusan mami
selesai. Ya, waktu yang genting itu nyokap gue dapet pesanan cateringnya. Dan bokap gue harus bantuin
nyokap gue. karena waktu itu takut gue telat, gue ngambeg sama bokap-nyokap
gue. dan akhirnya bokap-nyokap gue pun luluh dan mau nyusul gue kesekolah. Tapi
cukup lama gue tunggu gak dateng-dateng juga, bahkan sekedar baunya pun gak gue
cium. Yang muncul malah kakak gue yang pertama. Dan akhirnya gue ditemani kakak
gue yang pertama dalam test wawancara tersebut. Selesai itu kakak gue bilang
kalo papi-mami ternyata mengalami kecelakaan didepan pom bensin. Tapi, gak
papa. Bokap gue masih bisa pulang dengan selamat meski harus tertatih.
Tapi
sebelum itu, waktu gue ujian nasional SMP, bokap gue pernah masuk rumah sakit
karena serangan jantung. Dan penyebabnya tak lain dan tak bukan karena
pertengkaran dengan mantunya –istri dari kakak gue yang pertama-. Itulah
sebabnya kenapa gue anggap dia sebagai penyebab utama keadaan yang buruk
menimpa bokap gue sampe akhirnya harus masuk rumah sakit,serangan jantung,obat
rutin, dan sampe harus terkena stroke.
Ya, bokap gue terkena stroke selang
beberapa bulan setelah mengalami kecelakaan tersebut. Awalnya gue sempat mikir
gue yang nyebabin bokap gue sakit stroke.
Makanya selama 3 hari bokap gue gak bisa jalan itu, gue benar-benar ngerawat
beliau, ya walaupun kadang juga suka capek. Gue yang biasanya gak pernah siapin
teh buat papi, gue siapin. Gue yang biasanya gak nemenin papi buat latihan
jalan, gue temenin. Itu semata-mata karena gue ngerasa bersalah sama bokap gue.
asal kalian tau,sebelum itu gue benci banget sama bokap gue. kenapa? Sikp dulu untuk masalah ini. Balik ke
topic. Ya, gue jadi berbakti sama bokap gue,ya walaupun gak sepenuhnya sih. Dan
Puji Syukur, bokap gue sembuh dari strokenya.
Bokap gue bisa jalan lagi dan hampir normal. Meski udah gak bisa naik motor
lagi. Tapi setidaknya bokap gue bisa gerak meski terbatas. Setelah sembuh dari
strokenya itu, bokap gue masih harus control
dan obat jalan terus.
Lupakan
sejenak tentang penyakit bokap gue. gue mau cerita tentang gue dan bokap gue.
setelah lulus dar SMK, gue pengen kuliah di UNY. Gue ikut SBMPTN dan gue gagal,
gue ikut SM dan gue gagal, gue coba ikut SM lagi dan gue gagal lagi. Gue
nyerah. Tapi bokap gue bilang
“kuliah nduk,
diswasta juga gapapa, aku cariin hutangan buat bayar kuliahnya nanti”
Akhirnya gue coba masuk dan
daftar ke kampus gue sekarang UTY. Dan gue lolos. Awalnya gue gak semangat
kuliah, tapi setelah gue liat perjuangan orangtua gue yang harus cari hutangan
dana sana-sini buat biaya gue kuliah, dan melihat keinginan orangtua gue yang
pengen banget anaknya wisuda. Dan gue gak bisa main-main lagi. Gue harus
serius, dan gue harus wisuda. Kalo ingat hal ini rasanya sakit banget. Apalagi
mengingat bokap gue udah gak ada, dan itu artinya besok gue wisuda gak bisa
ditemani bokap gue. tapi gue gak boleh kalah dengan keadaan ini. Gue harus
buktiin dan wujudin keinginan bokap gue. oke balik lagi ke flashback. Gue ingat banget pas bokap gue udah melemah fisiknya
tapi masih maksa buat nganterin gue ke kost-kostan dan liat kampus gue. itu hal
yang gak bakal gue lupa. Karena bokap gue hanya sekali masuk ke kampus gue.
selama sekolah, urusan sekolah gue selalu diurusin sama bokap gue. waktu SD,
segala hal dari mulai nganter-jemput, ambil rapor, jemput gue buat dikontrolin
–dulu gue gadis penyakitan yang harus setiap bulan chekup-,dan banyak lagi
semua diurus sama bokap gue. masuk SMP gue daftar dianter bokap gue, ambil
rapor juga bokap gue,diantar-jemput bokap gue. sampe pernah waktu itu bokap gue
nungguin gue dari jam 12 sampe jam 3 sore, karena gue lupa bilang kalo gue
rapat osis dulu –sombong ah- ;p. dan bokap gue setia dan gak marah nungguin gue
selama itu. Bahkan dulu gue pernah nyuruh bokap gue pulang karena gue pengen
pulang bareng temen gue. jahat gak gue? udah diluangin waktu, udah dijemput eh
malah gue suruh pulang bokap gue. tapi bokap gue gak marah. Malah sampe rumah,
gue langsung disuruh makan. Dan parahnya lagi gue waktu itu benci banget sama
bokap gue. kenapa? Nanti yaa :D. barulah pas SMK bokap gue gak pernah masuk ke
sekolah gue. sekalipun gak pernah. Karena selama SMK gue diurusin kakak pertama
gue. bukan karena bokap gue gak mau ngurus, tapi Karena keadaan. Setelah itu,
kuliah, bokap gue masuk ke kampus gue Cuma sekali. Pas gue daftar ulang dan
boyongan ke kost-kostan. Bokap gue juga udah tau lokasi kost-kostan gue yang
pertama. Sebelum akhirnya gue pindah. Dan seminggu setelah gue pindah kostan
bokap gue masuk rumah sakit. Dan mulai saat itulah bokap gue harus terbaring
dikasur selama berbulan-bulan. Diagnosis dokter adalah stroke tenggorokan. Itu sebabnya bokap gue harus pake sonde-selang
buat makan-. Soalnya ga bisa nelen makanan sendiri, secara lumpuh tenggorokan.
Selama hampir 3 bulan bokap gue makan dengan perantara sonde tersebut. Makin
hari makin kurus.
Dan
suatu hari bokap gue bener-bener melemah. Gak bisa apa-apa. Membuka matanya pun
gak bisa. Bokap gue masuk ke ruang ICU.
Dokter sudah angkat tangan. Maka keputusan berat pun diambil keluarga untuk
memindahkan bokap gue ke ruang perawatan biasa, karena sadar gak ada harapan
dan kurangnya biaya. Namun, anehnya pas dipindahin ke ruang perawatan biasa,
bokap gue justru membaik, meski gak sepenuhnya sembuh. Namun, dokter tetap
angkat tangan. Dan akhirnya tanggal 20
Desember 2013 siang bokap gue dibawa pulang ke rumah. Namun, kehendak Tuhan
berlainan dengan harapan. Bahkan gue gak sempet mikir bakal secepat itu bokap
gue pergi. Gue mikir bakalan beberapa bulan lagi atau beberapa hari lagi bokap
gue dirumah setelah pulang dari rumah sakit. Tapi lagi-lagi siapa yang bisa mengulang
waktu ketika Sang Waktu sudah memintanya kembali?
Menyesal,
sedih, semua bercampur jadi satu. Perasaan gak percaya masih bergelantung
dibenakku, bahkan untuk beberapa bulan gue masih belum percaya dengan kepergian
bokap gue. kamar bokap gue bersebelahan dengan kamar gue. dulu sewaktu bokap
gue sakit dan berbaring di kamar. Setiap seminggu sekali pulang dari kota jogja
ke kampung halaman, kamar bokap lah yang selalu jadi tujuan gue. biasanya gue
langsung salaman dengan bokap gue. dan kebiasaan itu masih gue alami setelah
beberapa bulan meninggalnya bokap gue. gue pernah merasa kecewa sewaktu gue
masuk kamar bokap gue dan gue gak nemuin bokap gue dikamarnya. Gue baru sadar
kalo bokap gue udah benar-benar pergi.
Banyak sikap dan sifat bokap
gue yang masih gue inget :
1.
Bokap gue adalah seorang yang berwibawa
2.
Bokap gue tegas dan terkesan galak. Ya memang
galak sih.
3.
Bokap gue kasar, emosional,dan selalu ringan
tangan. Inilah sebabnya gue benci sama bokap gue. dan gue nyesel udah benci
sama bokap gue. sifat ini nurun ke kakak gue yang kedua
4.
Bokap gue pendendam. Sikap ini nurun ke gue.
5.
Bokap gue setia, buktinya bokap gue mau
nunggu gue sampe berjam-jam didepan sekolahan
6.
Bokap gue perfeksionis dan professional. Jadi
semua pekerjaan yang udah diserahin ke bokap gue bakalan dikerjain dengan
sempurna. Dan biasanya bakalan marah kalo ada orang yang ngrusuhin kerjanya.
7.
Bokap gue pendiam, tapi kalo udah di senggol
bisa ngebacok. Prinsipnya adalah senggol bacok. Ini juga yang bikin gue takut
dan benci sama bokap gue. tapi so far,
gue gak pernah dipukul apalagi sampe dibacok. Paling kalo gue salah beliau
bakal absen penghuni kebun binatang.
8.
Bokap gue tuh bisa dibilang pelit sih,
soalnya bokap gue tuh gak suka barang-barangnya dipinjem sama oranglain,
jangankan orang lain, sama anak sendiri aja kadang bisa ngamuk-ngamuk, apalagi
kalo dipinjem sama orang yang gak bertanggungjawab. Contohnya minjem terus gak
dibalikin. Itu bokap gue bisa langsung nyatain perang dengan orang tersebut.
9.
Bokap gue cuek. Pernah waktu itu mau ambil
rapor kesekolah gue, eh bokap gue Cuma pake celana panjang kain sama kaos
oblong doang. Malu lah gue. untung nyokap segera beraksi dan merubah bokap gue
menjadi seorang priyayi yang berwibawa.
10. Bokap
gue ganteng, mancung. Dan gue heran kenapa bokap gue gak nuruin mancungnya ke
gue. malah nurun ke kakak gue yang kedua. Ya, kakak gue yang kedua itu emang
anak bokap gue, mulai dari paras sampe ke wataknya mirip. Kalo gue sih watak
doang, parasnya gue gak mirip sapa-sapa. Gak bokap gue juga gak nyokap gue,
jadi gue anak siapa? L
tapi banyak yang bilang gue mirip bokap, tapi gak sedikit juga yang bilang gue
mirip nyokap. Yasudahlah.
11. Bokap
gue item, padahal menurut silsilah keluarga bokap gue ini keturunan darah biru
alias keturunan bangsawan. Tapi gue gak
tau persis bangsawan dari mana, yang jelas keluarganya beliau –eyang kakung dan
enyang uti- ini lahir dari keturunan kraton. Dan itu artinya gue juga.hahahah
*sombong*. Tapi jaman sekarang hal kaya gitu udah gak penting lagi. Oh,iya jadi
apa hubungannya bangsawan dengan item? Hahahaha, jadi gini, ini menurut gue ya,
biasanya kan bangsawan tuh orangnya putih,tinggi,berwibawa. Sedangkan bokap
gue? berwibawa, iya bokap gue berwibawa,tinggi, ya bokap gue tinggi, putih?
Tunggu dulu. Bokap gue item. Tapi ganteng. Hahahaha maaf pap :D. mungkin karena
bokap gue mantan seorang angkatan. Ya bisa jadi. Oke clear, ga jadi masalah.
12. Bokap
gue gak bisa jaga kebersihan –dibaca : jorok-, hal ini lah yang membuat nyokap
gue suka kesel sama bokap gue. kadang gue juga sih. Ya sekarang gimana gak
kesel coba, bokap gue tuh kalo ngerokok suka dimana-mana, dan abu serta
puntungnya juga suka dimana-mana. Bokap gue suka ninggalin jejak gitu. Kalo ada
asbak ya diasbak, Cuma kalo gak ada, bisa di bawah kursi, dibawah meja,atau
disudut lantai sekalipun. Heran
13. Bokap
gue pahlawan, ya selain beliau seorang angkatan yang notabene adalah pahlawan
Negara, beliau juga pahlawan bagi keluarga gue. rela mati keroyokan buat belain
anaknya, rela berantem dengan polisi buat belain anaknya. Dan beruntungnya gak
ada yang berani ngelawan. Secara fisiknya dan tampilannya aja udah preman
banget :D. jangankan ngelawan, orang temen gue mau main aja mikir dua kali ada
bokap gue. =D
14. Bokap
gue cinta keluarga.
15. Bokap
gue gagah.
16. Bokap gue is everything.
Ya
itulah sedikit banyak tentang keluarga inti gue. banyak kontranya daripada pronya.
Apalagi setelah kepergian bokap gue. gue ngerasa udah gak ada pro lagi dengan mereka kecuali nyokap
gue. apalagi dengan orang-orang dari keluarga nyokap gue. sama sekali gak
memiliki chemistry dengan mereka.
Ntah karena apa. Yang jelas gue ngerasa kesusahan buat beradaptasi dengan
mereka. Gue ngerasa gak pernah ada diantara mereka. Dan mungkin mereka juga
ngerasa gue gak pernah terlahir diantara mereka. Apakah gue harus bersikap baik
dan manis didepan mereka? Apakah gue harus terus-terusan bersabar dan diam
ketika mereka menghina gue? apakah gue gak boleh bahagia? Salahkah gue ketika
gue membenci mereka? Salahkah gue ketika gue dendam sama mereka? Dan salahkah
gue ketika gue mulai gak peduli dengan mereka?
Sering kali gue bertanya
sama Tuhan
“Tuhan, sampai
kapan semua ini terjadi”
Atau
“Tuhan,haruskah ini
terjadi?”
Atau
“Tuhan, aku lelah
bolehkah aku berhenti berjuang?”
Dan Tuhan tetap dengan
diamnya dan membiarkan gue terombang-ambing dengan ketidakpastian,
Ketidakadilan,dan ketidaknyamanan ini.
Kadang gue iri dengan mereka
yang bisa tertawa lepas, kadang gue iri dengan mereka yang menghina gue, bahkan
kadang gue iri dan mengkhayal suatu yang tinggi dan gue tau itu gak mungkin
terjadi. Dan akhirnya gue sendiri yang tersakiti. Biarkan aku berdiri meski tak
tegak, biarkan aku berjalan meski tertatih, biarkan aku bernafas meski
tersengkal, tapi tolong jangan sakiti hati ini lagi, gue takut hati ini menjadi
mati dan tak tau lagi rasanya cinta apalagi kebahagiaan. Ijinkan aku bahagia dengan apa yang kupunya dan apa yang kumau.