Rabu, 08 Oktober 2014

jijik

gue ngga tau kenapa semester tiga sekarang lebih berat daripada semester sebelumnya. bahkan gue ngerasa kalo gue tertekan di semester tiga ini. mulai dari tugas sampai ke kehidupan pribadi sekalipun. keputusan untuk mengakhiri hubungan dengan someone adalah awal yang cukup membuat gue drop untuk mengawali semester ganjil ini. dan teman, teman yang membuat gue semakin drop. gue ngga tau karena gueyang terlalu perasa atau karena mereka yang terlalu cuek dengan perasaan gue. entah mereka lupa kalo gue juga manusia, atau entah mereka memang ngga anggap gue manusia. yang jelas sikap mereka cukup menyakitkan.
gue udah sering dan bahkan teramat sering untuk mengalah, tapi mereka semakin menindas gue. ada salah satu teman kelas gue yang sebenarnya dari awal gue udah gak suka liat tingkah dia. dia udah nunjukin sikap yang membuat gue jijih sama dia. dia cewek, cantik sih, tp cantiknya tuh norak dan kampungan. gue kejam ya? ya emang gitulah kalo gue udah benci sama orang. gue bisa bersikap biasa sama dia, tapi kadang kalo khilaf gue suka seenaknya sama tuh orang. gue udah sering sengketa sama anak ini. kelakuan dia yanng bikin gue makin jijik adalah sikap sok tau dan sok bijaknya itu lhoo gaes. gue paling jijik tuh sama kelakuan kaya gitu. udah gitu ditambah lagi dengan sikap munafiknya itu. apalagi kalo bahas tentang agama. duhhh jijik banget, pengen gue berakin *ups sory keceplosan*.
banyak banget tingkah laku dia yang bikin gue jijik dan pengen muntah. pengen gue ceritain sih, tapi takut ntar laptop gue kena muntahan gue. gue nulis ini aja rasanya mau muntah. *nulisnya di pinggir jamban* *baca : sampingnya terdakwa* :D
lalu apalagi ya?? banyak deh, lanjut besok yaa, gue mau muntah dulu :p

*ini hanya curhatan sedikit tentang kejijikan gue kepada teman gue itu. maaf kalo salah kata*
salam

Jumat, 15 Agustus 2014

it's not fair to me!!!

                Kapan gue gak ngalah sama keluarga mereka itu? Kapan gue gak nurut dengan setiap omongan keluarga mereka itu? Kapan gue pernah marah ketika omongan keluarga mereka itu nyakitin hati gue? kapan gue berani negur ketika suara keluarga mereka itu memecahkan kedamainan gue sendiri? Kapan?
Gue ngerasa gak adil dengan semua perilaku mereka ke keluarga gue. semuanya. Tingkah laku mereka terhadap keluarga gue bikin gue sakit hati. Mereka seakan-akan bebas nyakitin hati guedan keluarga gue. sedangkan gue hanya bisa diam dan nerima semua. Mereka bertindak lagaknya penguasa tanpa memikirkan keadaan tetangga mereka. Mereka kaya dan mereka berkuasa. Itu tidak adil. Gue biarin semua berjalan dan gue selalu berusaha buat tegar dengan setiap kata dan tingkah laku mereka. Tapi sampe kapan? Sampai kapan gue harus pura-pura baik dengan mereka?
Ya, gue Cuma bisa diam dan menceritakan semua kesakitanku pada diriku sendiri, tanpa ada yang tau dan tanpa ada yang mengerti. Dan mungkin gak akan pernah mencoba untuk mengerti. Pernah gue ngerasa gue emanng bukan bagian dari mereka dan mungkin itu sebabnya semua kelakukan mereka pantas gue terima. Gue diasingkan, gue disingkirkan,gue yang gak dianggap, dan gue yang selalu salah. Ya SELALU SALAH!!!
Mereka gak peduli gue benar atau ngga, yang mereka tau gue salah. Mereka ngga peduli hati gue tersakiti atau ngga, yang mereka mau gue salah.dan terus seperti itu. Entah sampe kapan gue harus selalu disalahkan. Gue udah pernah coba buat berbaik hati dengan mereka, tapi apa? Tetap hati ini sakit dengan semua kelakuan dan kata-kata mereka. Kenapa selalu begitu?

tentang gue dan keluarga gue



Pernah gak sih kalian tuh ngerasa gak adil dengan semua yang terjadi dihidup kalian?  Pernah gak sih kalian ngerasa kalo semua orang yang ada disekitar kalian tuh bermuka dua? Pernah gak sih kalian dihadapkan dengan keadaan yang selalu pada akhirnya nyakitin kalian sendiri? Pernah gak sih kalian ngerasa  kalian salah udah dilahirkan didunia ini dengan keadaan yang sekarang memojokkan dan meyakitkan hati kalian? Semua pertanyaan itu yang selama ini selalu memenuhi kepala gue. Apakah Tuhan itu adil ketika orang lain bisa tertawa lepas sedangkan gue harus terluka terhempas? Apakah Tuhan itu adil ketika apa yang kita harapkan selalu dihancurkan? Apakah Tuhan adil ketika semua keadaan semakin menghancurkan hati gue namun Tuhan masih saja membiarkan gue semakin hancur?
Apakah salah ketika kita bermimpi untuk bahagia dan lepas dari keadaan yang selalu menyakitkan diri sendiri? gue menjadi orang yang benar-benar tidak berguna ketika sekitar  gue, bahkan keluarga gue sendiri selalu menjatuhkan gue. gue seperti orang yang tidak berarti ketika gue berhadapan langsung dengan mereka. Itu sebabanya gue selalu menyendiri dan selalu membiarkan waktu gue berlalu begitu saja dengan rutinitas yang membosankan disebuah ruang sepetak –kamar-. Ya gue selalu nyaman dengan dunia gue dan kamar gue. gue merasa bebas dan menjadi ratu ketika gue memasuki kamar dan menutup pintu. gue bahkan merasa lebih aman ketika gue didalam kamar sendiri dengan music yang gue dengarkan sendiri. Dan mulai tak peduli dengan suara gemuruh dari luar yang mungkin bisa membunuh gue saat itu juga didalam kamar gue yang sempit. Dan gue gak peduli!!
Sebagaian dari kalian mungkin paham apa yang gue rasakan. Namun mungkin banyak yang gak paham atau bahkan gak ngerti sama sekali tentang perasaan yang sekarang dan dari dulu gua alami. gue adalah seorang gadis yang terlahir diantara orang-orang yang gue sendiri gak bisa memahami karakter mereka. Apakah mereka baik, ataukah mereka jahat. Gue adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Dan gue adalah anak perempuan sendiri dari empat bersaudara tersebut. Ya, ketiga kakak gua adalah laki-laki. Seharusnya bisa melindungi gue dari semua hal yang bisa menyakiti gue. Namun ternyata?? Semua itu tak seperti apa yang gue angan-angankan sejak gua kecil. semua berubah seiring berjalannya waktu. gue sendiri gak pernah tau apa yang membuat keadaan ini berubah begitu drastic. Dan gue lah yang selalu merasakan rasa sakit hati dari semua perubahan ini. gue seperti gak ingin dewasa, gue ingin tetap berada dimasa dimana mereka bisa menyayangi gua terus. Namun gue pun sadar kalo hal itu gak mungkin terjadi.
Sebenarnya, gua adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Karena kakak pertama gue bukanlah anak kandung dari orangtua gue. Tapi kakak pertama gue sudah tinggal bersama keluarga gue sejak ia masih kecil. itu artinya sejak gua belum lahir ke dunia ini. Dengan kata lain, kakak pertama gue sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh kedua orangtua gue. Kini kakak pertama gue udah menikah dan udah memiliki satu anak. So far, gue gak pernah punya masalah dengan kakak pertama gue. Bahkan kakak gue yang pertama lah yang selalu ada kalo gue butuh sesuatu. Contoh kecilnya adalah, ketika orangtua gue –papi- udah gak bisa menjadi wali murid ketika gue SMK, kakak gue yang pertama lah yang selalu meluangkan waktunya untuk datang ke sekolahan dan dengan sabar mengurus semua urusan gua di sekolah. Selama 3 tahun sekolah SMK, kakak gue yang pertama lah yang selalu mengurus gue disekolah. selain karena tempat kerjanya dekat dengan sekolah gua, tapi karena memang papi sudah gak mampu lagi untuk mengurus semua urusan gua disekolah. Seperti yang udah gua bilang diawal tadi, bahwa gua sama sekali gak pernah punya masalah yang berarti dengan kakak pertama gua. Namun mungkin dengan istrinya. Ya, istrinya. Gak tau kenapa, gua merasa benci dengan istri dari kakak pertama gua. Tapi gak tau kenapa rasa benci ini selalu bisa gue tutupi. Gue masih bisa berbicara halus dengannya. gue masih bisa menerima barang pemberiaannya. gue bahkan masih bisa bercanda dengannya. Tapi rasa benci ini selalu muncul ketika ia udah mulai berulah, apalagi ketika ulahnya itu membuat hati orangtua gua sakit. Anak mana yang gak sakit hati ketika orangtuanya disakiti? Disakiti oleh anak menantunya sendiri? Rasa benci ini memuncak ketika papi masuk rumah sakit. Mendengar dari tetangga, istri dari kakak pertama gua ini bilang dengan kepercayaan diri yang tinggi dan mungkin sedikit ditambah dengan chivas sebotol, dan botolnya itu dipukulin kekepalanya dan otaknya menjadi geser beberapa inci dari tempat semula, ia berkata
            “papi tuh kaya gitu karena durhaka sama anak!! Kalo papi minta maaf samaku, papi tuh bisa sembuh”
Mendengar kata-kata itu seketika gue seperti melayang dan muter-muter, naik ke langit tingkat tujuh,dan terjun bebas dari sana. Lebay dikit boleh ya?hahaha. tapi emang gitu yang gue rasain. Antara percaya dan gak percaya, seorang anak menantu bisa bilang kayak gitu tentang mertuannya yang sekarat dirumah sakit. Antara bego atau dibegoin ketika dengar kata-kata itu keluar dari seorang mantu yang udah diusir dari keluarganya sendiri yang kemudian dirawat oleh mertuanya yang saat itu udah sekarat dirumah sakit. Antara pengen marah dan kaget ketika seorang mantu yang gak tau diri dan gak tau terimakasih ngomong kayak gitu tentang mertuanya, yang ternyata mertuanya itu adalah bokap gue. ya BOKAP GUE!!! kalo pun waktu tuh mantu bilang kayak gitu tentang bokap gue dan gue ada disitu, gue pasti dengan tegap berdiri menantang dengan tangan dipinggang, mata melotot kalo perlu sampe keluar sekalian tuh mata, gue bakal ngomong
            “OTAK LO GAK LO PAKE ATAU MEMANG LO GAK PUNYA OTAK?! MANA ADA ORANGTUA SEKARAT KARENA DURHAKA SAMA ANAK?! SEJARAH MANA YANG NULIS CERITA ORANGTUA DURHAKA SAMA ANAK?! YANG ADA BOKAP GUE SEKARAT KAYAK GITU KARENA MIKIR ANAKNYA! KENAPA ANAKNYA PUNYA ISTRI KAYAK LO!!!”
Kira-kira sih gue bakal ngomong kayak gitu kalo gue ada disitu. Tapi karena waktu itu gue gak ada di te ka pe, maka gue cukup bilang “FREAK!!”
Itulah sebabnya kenapa gue bisa benci sama istri kakak gue yang pertama. Tapi gue juga heran ya, kenapa gue masih bisa ngobrol dan bercanda sama dia saat ini. Mungkin karena mulut dia manis semanis gulali kadaluwarsa. Tapi ya sudahlah, toh selama ini dia belum berani ngata-ngatain orangtua gue didepan gue.  selama itu belum terjadi, gue masih bisa tersenyum dan bercanda sama dia, yaa walau gak bisa diboongin kalo gue benci sama dia.
Kakak gue yang kedua. Duh, males sih ngomongin part ini. Tapi ya gimana lagi dia masuk silsilah keluarga gue, so harus gue bahas. Jadi, kakak gue yang kedua ini juga udah nikah dan udah punya anak. Sebenarnya ceritanya hampir sama. Sejauh ini gue gak pernah punya masalah yang cukup rumit sama kakak gue yang kedua. Kalo berantem besar pernah sih. Secara sifat gue sama dia tuh sama. Sama-sama keras kepala dan kasar. Ya, kakak gue yang kedua ini lebih sering berantem sama gue dibandingkan kakak gue yang pertama. Gak tau kenapa gue gak pernah bisa cocok dengan kakak kedua gue. yang ada malah Cuma cekcok. Dalam segala hal. Makanya rumah tuh selalu memanas ketika gue dan kakak gue duduk bersama dan ketika kita udah mulai pembicaraan, selalu diakhiri dengan pertengkaran. Sampe gue pernah ngerasa bosan berantem sama kakak gue yang kedua ini, gue pernah ngediemin dia ketika dia marah-marah, alhasil dianya makin emosi dan ngamuk-ngamuk. Sekuat apapun gue ngediemin dia, gue tetap gak bisa. Dan selalu berantem. Tapi beberapa jam kemudian gue baikan. Selalu begitu. So far semua itu gue anggap wajar dalam bersaudara. Sama dengan cerita sebelumnya tentang istri dari kakak gue yang pertama, guepun juga benci dengan istri dari kakak gue yang kedua. Bedanya, kalo dengan istri kakak gue yang pertama gue masih bisa bercanda, tapi dengan istri kakak gue yang kedua ini bicarapun jarang apalagi bercanda. Gue udah “benci maksimal” kalo kata anak gaul sih gitu. Alasannya? Gue juga gak tau kenapa. Ya pokoknya sih benci aja. Sampe detik ini gue nulis ini pun gue gak tau kenapa gue benci. Tapi mari kita flashback,kali aja ketemu alasan yang bikin gue benci sama dia.
Jadi gini, dahulu kala kakak gue nikah sama tuh istrinya. Awal pernikahan sih masih ayem-ayem aja. Kakak gue sama istrinya ini masih tinggal bareng gue di rumah orangtua gue. sampe sekarang sih juga masih tinggal bareng. Oke skip bagian ini. Nah, seiring berjalannya waktu, semua kebaikan itu pasti lambat laun juga bisa pudar keules. Nah mungkin itulah yang terjadi sama istri kakak gue yang kedua ini. Gak tau kenapa akhir-akhir ini sifat buruknya mulai keliatan. Dia mulai gak sopan sama orangtua gue. apalagi sekarang udah gak ada bokap gue lagi. Makin menjadi-jadilah tuh iblis yang berkeliaran dirumah gue. jadi untuk sekedar tau aja, sepertinya sih bokap gue tuh bencinya setengah mati sama mantunya yang ini. Dan gue mulai ngerti kenapa bokap gue benci banget sama mantu-mantunya –istri dari kakak gue yang pertama dan kakak gue yang kedua-. Kalo gue bencinya sama tuh istri dari kakak gue yang kedua tuh karena dia tuh kan tinggal nebeng dirumah mertua, tapi gak bisa sadar kalo dia tuh Cuma nebeng hidup doang. Gue sih gak masalah ya dia mau tinggal dirumah orangtua gue sampe dia membusuk dirumah orangtua gue ini gak masalah buat gue. Gue tuh Cuma minta dia tuh sadar dan sopan sama orangtua gue. kalo mau pergi tuh setidaknya pamit sama orang rumah, jangan main keluar-masuk rumah seenaknya. Terus juga kalo pake barang-barang orang lain –prabotan rumah tangga- tuh yang tanggung jawab gak main udah pake terus dibiarin gitu aja. Terus kalo ngomong sama orangtua gue tuh yang sopan. Gue sih gak minta dia buat nunduk ketika orangtua gue lewat,gue juga gak minta dia buat jalan jongkok ala abdi dalem kraton yang mau ketemu sama raja ketika dia ketemu sama orangtua gue. gue Cuma minta dia tuh anggap orangtua gue itu orang. Dengan begitu saja gue dan orangtua gue udah seneng. Gue benci sama dia udah itu aja untuk nutup part ini.
Kakak gue yang ketiga, hampir sama dengan cerita kakak gue yang kedua tadi. Gue gak pernah bisa cocok sama dia, tapi jarang juga berantem sama dia. Mungkin gak banyak hal yang bisa gue ceritain di part ini. Karena gak banyak waktu juga gak bisa gue nikmati bareng kakak gue yang ketiga ini. Waktu kecil gue lebih sering main sama kakak gue yang ketiga ini ketimbang dengan kakak gue yang pertama dan kedua. Karena secara garis keturunan kakak gue yang ketiga ini adalah kakak yang tepat diatas gue –sebelum gue-. bingung ya dengan maksud gue? sama! Ya pokoknya intinya mah gitu deh. Tapi walau begitu gue gak terlalu dekat dengan kakak gue ini. Dulu waktu dia lahir dia harus dibuang sama orangtua gue. bukan dibuang sih,tapi dikasih ke temen dari orangtua gue. bukan karena orangtua gue gak sayang sama kakak gue ini, tapi karena orangtua gue adalah keturunan jawa, dan jawa itu banyak hal-hal mitos yang berkembang dimasyarakat sekitar. Salah satu mitosnya tuh kalo ada anak lahir dan hari kelahiran jawanya –weton- sama dengan orangtua,anak tersebut harus dibuang karena mitosnya bakalan sial. Nah, weton kakak gue ini sama dengan weton bokap gue. jadi, kakak gue dibuang sama orangtua gue. bukan dibuang, tapi dikasih dan dirawat sama temen dari orangtua gue. namun, akhirnya kakak gue ini diambil lagi sama orangtua gue. Semua berjalan sewajarnya, kakak gue sekolah dengan wajar dan gue pun juga sekolah dengan wajar.
Gue gak tau berapa selisih umur gue sama kakak gue yang ketiga ini, tapi yang jelas waktu gue kelas 3 SD kakak gue kelas 2 SMA. Dan waktu itu adalah waktu terakhir gue bareng kakak gue. Ya, kakak gue udah meninggal. Meninggal tepat diumurnya yang  ke 18 tahun. Miris bukan? Masa dimana seharusnya bisa seneng-seneng malah harus berhenti seketika. Dan gak ada yang bisa mengubah waktu ketika Sang Waktu sudah memintanya berhenti. Kakak gue meninggal karena kecelakaan tunggal. Hal ini lah yang membuat semakin miris. Waktu itu gue,orangtua gue,dan kakak gue yang pertama lagi pergi. Kita lagi ngadaain acara baptisan kakak gue yang pertama. Gue rasa gak perlu gue jelasin kan baptisan itu apa? Oke skip. Nah, sore hari menjelang magrib waktu kita mau pulang, kita disusul sama tetangga kita. Waktu itu tetangga gue nyusul pake sepeda motor.sedangkan gue dan keluarga bareng dengan rombongan dari gereja. Nah, tetangga gue ini ngasih tau pelan-pelan sama gue dan bokap gue. Nyokap gue belum dikasih tau, soalnya takutnya shock dan pingsan. Makanya tetangga gue itu ngasih tau gue dan bokap gue. sebenarnya sih yang dikasih tau Cuma bokap gue, gue sih Cuma nguping. Oke lupakan. Dan mendengar berita itu seketika komentar konyol keluar dari mulut gue. gue bilang
            “haaalaah jatuh dari motor lagi, sudah biasa”
Dan gue baru sadar gue nyesel ngomong gitu. Oke balik lagi dengan cerita flashback tadi. Bokap gue langsung cabut bareng tetangga gue yang nyusul tadi. Sedangkan gue,mami,dan kakak pertama gue masih bergabung dengan rombongan dari gereja. Singkat cerita, gue sampe dirumah dan seketika gue kaget bercampur bingung. Karena begitu banyak manusia yang berkumpul didepan rumah gue. gak biasanya kalo kakak gue kecelakaan terus banyak yang kumpul begitu dirumah gue. gue masuk pelan-pelan dan masih tetap tenang, sedangkan mami udah panic dan histeris ketika melihat anaknya kumpul semua kecuali kakak gue yang ketiga ini. Bokap juga gak ada karena bokap udah dirumah sakit ngurusin kakak gue ini. Lalu setelah nyokap gue dikasih tau pelan-pelan dan ngerti keadaan yang sebenarnya, maka kami menunggu nyokap kami tenang dan kami akan nyusul bokap ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, gue gak bisa masuk ke ruang ICU dan gue harus nunggu diluar. Gue yang emang dari kecil takut sama yang namanya rumah sakit, gue cukup diem dipojok taman rumahsakit. Nunggu nyokap-bokap keluar. Dan akhirnya waktu hampir tengah malam, kakak gue dinyatakan meninggal karena mengalami gagarotak –gagal otak- akibat benturan keras waktu kecelakaan. Tepat tanggal 20 January 2004 kakak gue meninggal. Dan hal yang paling gue inget tentang dia adalah :
1.    Dulu kakak gue pernah dihajar sama bokap gue gara-gara ketahuan ngerokok dan minum minuman keras. Gue lupa gue umur berapa dan kakak gue umur berapa. Yang jelas kakak gue nangis kesakitan. Dan saat itu gue menjadi takut sama bokap gue. gue juga jadi benci dengan bokap gue. oke skip tentang ini.
2.    Gue masih ingat banget seminggu sebelum kejadian, gue disuruh kakak gue mintain cabe ke rumah kakek gue, tapi gue gak berangkat. Dan kakak gue ini marah, gue nyesel.
3.    Gue selalu ingat kata-katanya kalo gue dan dia gak sengaja tabrakan. Dengan penuh semangat gue dan kakak gue selalu berbarengan bilang “matamu”
4.    Gue ingat pas kakak gue terlibat tawuran disekolahannya, dan dia harus ditahan dikantor polisi. Dan dia nangis waktu gue,papi,sama mami ngejenguk dia. Waktu itu papi emang sengaja membiarkan kakak gue ini ditahan dulu, ceritanya sih biar kapok gitu. Tapi ternyata papi gue yang kapok. Papi gue nyesel ambil keputusan kakak gue ditahan dulu, karena ternyata kakak gue diperlakukan kasar oleh aparat dikantor polisi tersebut. Waktu gue dan orangtua gue ngejenguk kakak gue, kakak gue nangis dibelakang kantor polisi tersebut. Setelah ditanya sama bokap gue, tenyata kakak gue disuruh makan dengan makanan basi dan dengan cara layaknya anjing, tau kan? Selain itu dada kakak gue juga ditonjok yang mengakibatkan kakak gue susah nafas. Dengan seketika level kemarahan bokap gue yang notabene memang emosional pun memuncak. Murkanya tersebut dilampiaskan kepada polisi yang ditunjuk kakak gue sebagai tersangka utama. Tapi bokap gue gak ditahan ya,hahahaha, secara mantan polisi juga *sombong*hahahah
ya itulah beberapa hal yang gue inget tentang kakak gue yag ketiga ini. Sekarang udah sepuluh tahun kakak gue gak ada. Selama itu juga, baru sekali kakak gue datang ke mimpi gue. itu sekitar beberapa hari sebelum lebaran 1435 H tahun ini. Oke, satu kata untuk menutup part ini adalah KANGEN.
Bagian ini gue bingung apa yang akan gue ungkapin. Tentang orangtua. Banyak hal sebenarnya terjadi, secara gue udah bareng-bareng dengan orangtua gue selama 20 tahun –hitungan kotor-. Gak usah tanya hitungan kotor tuh gimana, soalnya gue juga gak ngerti. Oke, balik ke topic. Gue punya bokap dan gue punya nyokap. Jelas lah!! Banyak sikap dan sifat bokap dan nyokap gue yang gue suka dan gue benci. Tapi so far, hampir semua gue benci sih.
Sikap nyokap gue dulu ya :
1.    Nyokap gue seorang ibu rumah tangga yang pinter banget masak, makanya beliau buka usaha catering.
2.    Nyokap gue adalah seorang ibu yang sayang sama anaknya terutama anak pertamanya. Ya, kakak gue yang pertama adalah anak kesayangannya. Apapun untuknya pokoknya mah. Gue iri sih, tapi ya sudah gue bisa apa.
3.    Nyokap gue bisa bijak, apalagi kalo udah nyangkut tentang agama. Ngomongnya udah mirip pendeta yang lagi kotbah didepan jemaat beratus-ratus orang banyaknya.
4.    Nyokap gue bisa tegas meski banyak toleransinya.
5.    Nyokap gue suka banget ngebanding-bandingin, terutama ngebanding-bandingin gue dengan anak adik-adiknya. Hal ini yang paling gue benci dari nyokap gue. kadang gue sakit hati aja kalo dibanding-bandingin gitu. Tapi emang pada dasarnya gue gak suka dibanding-bandingin sih. Wajar!
6.    Nyokap gue suka ngoceh apalagi kalo pagi hari, udah kaya burung aja. Tapi kalo udah ada segelas teh panas langsung diem.
7.    Nyokap gue gak suka rumahnya berantakan, tapi nyatanya nyokap gue jarang banget bersihin rumah. Paling Cuma nyapu. Ngepelpun jarang dan terbilang ga pernah. Parah!
8.    Nyokap gue suka mendengkur keras banget, sampe gue harus nendang beliau biar diem. Maaf mam =D
9.    Nyokap gue suka dandan dengan bedak setebal kaca jendela rumah kalian. Maaf lagi mam =D. but, cantik sih. Anaknya aja cantik. Hahahah #nocomentgaes
10. Nyokap gue suka nyimpen perasaan dan nanti nangis sendirian. Sifat ini nurun ke gue.
11. Nyokap gue suka belanja sama kayak nyokap kalian. kadang suka khilaf kalo belanja dan akhirnya nanti marah-marah gegara duitnya abis.
12. Nyokap gue suka perhitungan, apalagi ngitung duit.
13. Nyokap gue lebih memilih diem ketika ada hal buruk yang dituduhkan ke beliau atau kekeluarganya. Karena nyokap gue punya prinsip yang kuat yaitu : nyokap gue selalu percaya dengan keluarganya, dan nyokap gue percaya kalo pembalasan adalah hak Tuhan. Serem gak tuh? J
14. Nyokap gue beriman, meski kadang suka khilaf marah-marah layaknya orang tak beriman.
15. Bagi nyokap gue agama adalah hal penting. Makanya beliau menekankan ajaran agama ke gue. ya ke gue aja, soalnya kakak gue yang kedua udah lepas dan beda agama, dan kakak gue yang pertama dari lahir sampe sekarang lempeng-lempeng aja kgak ada greget untuk kebih maju dalam iman –ini kata nyokap gue lhoo-. Dan harapan satu-satunya ya Cuma gue,kalo sampe gue melenceng ya wasallam.
16. Nyokap gue cinta sama bokap gue. selain itu nyokap gue juga cinta sama damai. Siapa tuh damai? Lupakan!
17. Nyokap gue adalah wonder women yang super duper top markotop.
Sikap dan sifat bokap gue nih sekarang. Banyak hal yang gue inget tentang bokap gue. dari gue kecil sampe akhirnya gue segede gini, dan sampe akhirnya bokap ninggalin gue dan keluarga gue. Ya gaes, bokap gue udah meninggal. Desember 2013 adalah bulan penutup tahun  yang cukup memilukan buat gue. natal 2013 adalah natal pertama tanpa sosok papi. Secara 5 hari sebelum natal, tepatnya tanggal 20 desember 2013 bokap gue meninggal dunia. Saat itu gue gak tau dan gue gak sadar apa yang terjadi. Gue sadar bokap gue udah gak ada ketika pagi harinya, gue bangun dan keluar dari kamar, jenasah bokap gue masih terbaring dipeti dan siap untuk upacara pemakaman. Bokap gue emang udah lama sakit. Awal penyakitnya itu saat gue mau daftar ke SMK. Saat itu gue bareng temen gue daftar ke sekolah gue, dan ternyata sekolah gue mengharuskan orangtua untuk ikut mendampingi calon siswa untuk test wawancara. Nah, gue telfon bokap gue. waktu itu bokap gue bilang kalo, gue harus nunggu sebentar sampe urusan mami selesai. Ya, waktu yang genting itu nyokap gue dapet pesanan cateringnya. Dan bokap gue harus bantuin nyokap gue. karena waktu itu takut gue telat, gue ngambeg sama bokap-nyokap gue. dan akhirnya bokap-nyokap gue pun luluh dan mau nyusul gue kesekolah. Tapi cukup lama gue tunggu gak dateng-dateng juga, bahkan sekedar baunya pun gak gue cium. Yang muncul malah kakak gue yang pertama. Dan akhirnya gue ditemani kakak gue yang pertama dalam test wawancara tersebut. Selesai itu kakak gue bilang kalo papi-mami ternyata mengalami kecelakaan didepan pom bensin. Tapi, gak papa. Bokap gue masih bisa pulang dengan selamat meski harus tertatih.
Tapi sebelum itu, waktu gue ujian nasional SMP, bokap gue pernah masuk rumah sakit karena serangan jantung. Dan penyebabnya tak lain dan tak bukan karena pertengkaran dengan mantunya –istri dari kakak gue yang pertama-. Itulah sebabnya kenapa gue anggap dia sebagai penyebab utama keadaan yang buruk menimpa bokap gue sampe akhirnya harus masuk rumah sakit,serangan jantung,obat rutin, dan sampe harus terkena stroke. Ya, bokap gue terkena stroke selang beberapa bulan setelah mengalami kecelakaan tersebut. Awalnya gue sempat mikir gue yang nyebabin bokap gue sakit stroke. Makanya selama 3 hari bokap gue gak bisa jalan itu, gue benar-benar ngerawat beliau, ya walaupun kadang juga suka capek. Gue yang biasanya gak pernah siapin teh buat papi, gue siapin. Gue yang biasanya gak nemenin papi buat latihan jalan, gue temenin. Itu semata-mata karena gue ngerasa bersalah sama bokap gue. asal kalian tau,sebelum itu gue benci banget sama bokap gue. kenapa? Sikp dulu untuk masalah ini. Balik ke topic. Ya, gue jadi berbakti sama bokap gue,ya walaupun gak sepenuhnya sih. Dan Puji Syukur, bokap gue sembuh dari strokenya. Bokap gue bisa jalan lagi dan hampir normal. Meski udah gak bisa naik motor lagi. Tapi setidaknya bokap gue bisa gerak meski terbatas. Setelah sembuh dari strokenya itu, bokap gue masih harus control dan obat jalan terus.
Lupakan sejenak tentang penyakit bokap gue. gue mau cerita tentang gue dan bokap gue. setelah lulus dar SMK, gue pengen kuliah di UNY. Gue ikut SBMPTN dan gue gagal, gue ikut SM dan gue gagal, gue coba ikut SM lagi dan gue gagal lagi. Gue nyerah. Tapi bokap gue bilang
            “kuliah nduk, diswasta juga gapapa, aku cariin hutangan buat bayar kuliahnya nanti”
Akhirnya gue coba masuk dan daftar ke kampus gue sekarang UTY. Dan gue lolos. Awalnya gue gak semangat kuliah, tapi setelah gue liat perjuangan orangtua gue yang harus cari hutangan dana sana-sini buat biaya gue kuliah, dan melihat keinginan orangtua gue yang pengen banget anaknya wisuda. Dan gue gak bisa main-main lagi. Gue harus serius, dan gue harus wisuda. Kalo ingat hal ini rasanya sakit banget. Apalagi mengingat bokap gue udah gak ada, dan itu artinya besok gue wisuda gak bisa ditemani bokap gue. tapi gue gak boleh kalah dengan keadaan ini. Gue harus buktiin dan wujudin keinginan bokap gue. oke balik lagi ke flashback. Gue ingat banget pas bokap gue udah melemah fisiknya tapi masih maksa buat nganterin gue ke kost-kostan dan liat kampus gue. itu hal yang gak bakal gue lupa. Karena bokap gue hanya sekali masuk ke kampus gue. selama sekolah, urusan sekolah gue selalu diurusin sama bokap gue. waktu SD, segala hal dari mulai nganter-jemput, ambil rapor, jemput gue buat dikontrolin –dulu gue gadis penyakitan yang harus setiap bulan chekup-,dan banyak lagi semua diurus sama bokap gue. masuk SMP gue daftar dianter bokap gue, ambil rapor juga bokap gue,diantar-jemput bokap gue. sampe pernah waktu itu bokap gue nungguin gue dari jam 12 sampe jam 3 sore, karena gue lupa bilang kalo gue rapat osis dulu –sombong ah- ;p. dan bokap gue setia dan gak marah nungguin gue selama itu. Bahkan dulu gue pernah nyuruh bokap gue pulang karena gue pengen pulang bareng temen gue. jahat gak gue? udah diluangin waktu, udah dijemput eh malah gue suruh pulang bokap gue. tapi bokap gue gak marah. Malah sampe rumah, gue langsung disuruh makan. Dan parahnya lagi gue waktu itu benci banget sama bokap gue. kenapa? Nanti yaa :D. barulah pas SMK bokap gue gak pernah masuk ke sekolah gue. sekalipun gak pernah. Karena selama SMK gue diurusin kakak pertama gue. bukan karena bokap gue gak mau ngurus, tapi Karena keadaan. Setelah itu, kuliah, bokap gue masuk ke kampus gue Cuma sekali. Pas gue daftar ulang dan boyongan ke kost-kostan. Bokap gue juga udah tau lokasi kost-kostan gue yang pertama. Sebelum akhirnya gue pindah. Dan seminggu setelah gue pindah kostan bokap gue masuk rumah sakit. Dan mulai saat itulah bokap gue harus terbaring dikasur selama berbulan-bulan. Diagnosis dokter adalah stroke tenggorokan. Itu sebabnya bokap gue harus pake sonde-selang buat makan-. Soalnya ga bisa nelen makanan sendiri, secara lumpuh tenggorokan. Selama hampir 3 bulan bokap gue makan dengan perantara sonde tersebut. Makin hari makin kurus.
Dan suatu hari bokap gue bener-bener melemah. Gak bisa apa-apa. Membuka matanya pun gak bisa. Bokap gue masuk ke ruang ICU. Dokter sudah angkat tangan. Maka keputusan berat pun diambil keluarga untuk memindahkan bokap gue ke ruang perawatan biasa, karena sadar gak ada harapan dan kurangnya biaya. Namun, anehnya pas dipindahin ke ruang perawatan biasa, bokap gue justru membaik, meski gak sepenuhnya sembuh. Namun, dokter tetap angkat tangan. Dan akhirnya tanggal 20 Desember 2013 siang bokap gue dibawa pulang ke rumah. Namun, kehendak Tuhan berlainan dengan harapan. Bahkan gue gak sempet mikir bakal secepat itu bokap gue pergi. Gue mikir bakalan beberapa bulan lagi atau beberapa hari lagi bokap gue dirumah setelah pulang dari rumah sakit. Tapi lagi-lagi siapa yang bisa mengulang waktu ketika Sang Waktu sudah memintanya kembali?
Menyesal, sedih, semua bercampur jadi satu. Perasaan gak percaya masih bergelantung dibenakku, bahkan untuk beberapa bulan gue masih belum percaya dengan kepergian bokap gue. kamar bokap gue bersebelahan dengan kamar gue. dulu sewaktu bokap gue sakit dan berbaring di kamar. Setiap seminggu sekali pulang dari kota jogja ke kampung halaman, kamar bokap lah yang selalu jadi tujuan gue. biasanya gue langsung salaman dengan bokap gue. dan kebiasaan itu masih gue alami setelah beberapa bulan meninggalnya bokap gue. gue pernah merasa kecewa sewaktu gue masuk kamar bokap gue dan gue gak nemuin bokap gue dikamarnya. Gue baru sadar kalo bokap gue udah benar-benar pergi.
Banyak sikap dan sifat bokap gue yang masih gue inget :
1.    Bokap gue adalah seorang yang berwibawa
2.    Bokap gue tegas dan terkesan galak. Ya memang galak sih.
3.    Bokap gue kasar, emosional,dan selalu ringan tangan. Inilah sebabnya gue benci sama bokap gue. dan gue nyesel udah benci sama bokap gue. sifat ini nurun ke kakak gue yang kedua
4.    Bokap gue pendendam. Sikap ini nurun ke gue.
5.    Bokap gue setia, buktinya bokap gue mau nunggu gue sampe berjam-jam didepan sekolahan
6.    Bokap gue perfeksionis dan professional. Jadi semua pekerjaan yang udah diserahin ke bokap gue bakalan dikerjain dengan sempurna. Dan biasanya bakalan marah kalo ada orang yang ngrusuhin kerjanya.
7.    Bokap gue pendiam, tapi kalo udah di senggol bisa ngebacok. Prinsipnya adalah senggol bacok. Ini juga yang bikin gue takut dan benci sama bokap gue. tapi so far, gue gak pernah dipukul apalagi sampe dibacok. Paling kalo gue salah beliau bakal absen penghuni kebun binatang.
8.    Bokap gue tuh bisa dibilang pelit sih, soalnya bokap gue tuh gak suka barang-barangnya dipinjem sama oranglain, jangankan orang lain, sama anak sendiri aja kadang bisa ngamuk-ngamuk, apalagi kalo dipinjem sama orang yang gak bertanggungjawab. Contohnya minjem terus gak dibalikin. Itu bokap gue bisa langsung nyatain perang dengan orang tersebut.
9.    Bokap gue cuek. Pernah waktu itu mau ambil rapor kesekolah gue, eh bokap gue Cuma pake celana panjang kain sama kaos oblong doang. Malu lah gue. untung nyokap segera beraksi dan merubah bokap gue menjadi seorang priyayi yang berwibawa.
10. Bokap gue ganteng, mancung. Dan gue heran kenapa bokap gue gak nuruin mancungnya ke gue. malah nurun ke kakak gue yang kedua. Ya, kakak gue yang kedua itu emang anak bokap gue, mulai dari paras sampe ke wataknya mirip. Kalo gue sih watak doang, parasnya gue gak mirip sapa-sapa. Gak bokap gue juga gak nyokap gue, jadi gue anak siapa? L tapi banyak yang bilang gue mirip bokap, tapi gak sedikit juga yang bilang gue mirip nyokap. Yasudahlah.
11. Bokap gue item, padahal menurut silsilah keluarga bokap gue ini keturunan darah biru alias keturunan bangsawan.  Tapi gue gak tau persis bangsawan dari mana, yang jelas keluarganya beliau –eyang kakung dan enyang uti- ini lahir dari keturunan kraton. Dan itu artinya gue juga.hahahah *sombong*. Tapi jaman sekarang hal kaya gitu udah gak penting lagi. Oh,iya jadi apa hubungannya bangsawan dengan item? Hahahaha, jadi gini, ini menurut gue ya, biasanya kan bangsawan tuh orangnya putih,tinggi,berwibawa. Sedangkan bokap gue? berwibawa, iya bokap gue berwibawa,tinggi, ya bokap gue tinggi, putih? Tunggu dulu. Bokap gue item. Tapi ganteng. Hahahaha maaf pap :D. mungkin karena bokap gue mantan seorang angkatan. Ya bisa jadi. Oke clear, ga jadi masalah.
12. Bokap gue gak bisa jaga kebersihan –dibaca : jorok-, hal ini lah yang membuat nyokap gue suka kesel sama bokap gue. kadang gue juga sih. Ya sekarang gimana gak kesel coba, bokap gue tuh kalo ngerokok suka dimana-mana, dan abu serta puntungnya juga suka dimana-mana. Bokap gue suka ninggalin jejak gitu. Kalo ada asbak ya diasbak, Cuma kalo gak ada, bisa di bawah kursi, dibawah meja,atau disudut lantai sekalipun. Heran
13. Bokap gue pahlawan, ya selain beliau seorang angkatan yang notabene adalah pahlawan Negara, beliau juga pahlawan bagi keluarga gue. rela mati keroyokan buat belain anaknya, rela berantem dengan polisi buat belain anaknya. Dan beruntungnya gak ada yang berani ngelawan. Secara fisiknya dan tampilannya aja udah preman banget :D. jangankan ngelawan, orang temen gue mau main aja mikir dua kali ada bokap gue. =D
14. Bokap gue cinta keluarga.
15. Bokap gue gagah.
16. Bokap gue is everything.
Ya itulah sedikit banyak tentang keluarga inti gue. banyak kontranya daripada pronya. Apalagi setelah kepergian bokap gue. gue ngerasa udah gak ada pro lagi dengan mereka kecuali nyokap gue. apalagi dengan orang-orang dari keluarga nyokap gue. sama sekali gak memiliki chemistry dengan mereka. Ntah karena apa. Yang jelas gue ngerasa kesusahan buat beradaptasi dengan mereka. Gue ngerasa gak pernah ada diantara mereka. Dan mungkin mereka juga ngerasa gue gak pernah terlahir diantara mereka. Apakah gue harus bersikap baik dan manis didepan mereka? Apakah gue harus terus-terusan bersabar dan diam ketika mereka menghina gue? apakah gue gak boleh bahagia? Salahkah gue ketika gue membenci mereka? Salahkah gue ketika gue dendam sama mereka? Dan salahkah gue ketika gue mulai gak peduli dengan mereka?
Sering kali gue bertanya sama Tuhan
            “Tuhan, sampai kapan semua ini terjadi”
Atau
            “Tuhan,haruskah ini terjadi?”
Atau
            “Tuhan, aku lelah bolehkah aku berhenti berjuang?”
Dan Tuhan tetap dengan diamnya dan membiarkan gue terombang-ambing dengan ketidakpastian, Ketidakadilan,dan ketidaknyamanan ini.
Kadang gue iri dengan mereka yang bisa tertawa lepas, kadang gue iri dengan mereka yang menghina gue, bahkan kadang gue iri dan mengkhayal suatu yang tinggi dan gue tau itu gak mungkin terjadi. Dan akhirnya gue sendiri yang tersakiti. Biarkan aku berdiri meski tak tegak, biarkan aku berjalan meski tertatih, biarkan aku bernafas meski tersengkal, tapi tolong jangan sakiti hati ini lagi, gue takut hati ini menjadi mati dan tak tau lagi rasanya cinta apalagi kebahagiaan. Ijinkan aku bahagia dengan apa yang kupunya dan apa yang kumau.