Jumat, 31 Juli 2015

Dear.... (1)

Dear…
Hidup memang tak semudah mimpi. Kenyataan tak selalu sesuai dengan harapan. Mimpi pun selalu lebih indah dari kenyataan. Rintangan itu seakan selalu ada dalam setiap langkah dihidup yang gue jalani. Banyak hal yang udah gue lalui dihidup gue ini. Kadang menyenangkan. Dan tak jarang menyakitkan, bahkan membosankan. Dan inilah hidup. Gue ngga tau kenapa hidup seberat ini? Gue ngga ngerti kenapa hidup semembosankan ini? Dan gue ngga paham kenapa gue hidup di keadaan seperti ini?
Keadaan ini mengubah gue menjadi bukan gue. Gue ngga mengenali diri gue ketika gue berada dalam situasi  yang meminta gue buat menyerah dengan keadaan ini. Tapi nurani gue selalu menegarkan gue untuk tetap bertahan. Dan keputusan bertahan gue ini membuat gue semakin tidak mengenali diri gue sendiri. Berat ketika gue harus melangkah sendiri dalam kondisi yang semakin menekan gue untuk menyerah. Susah, ketika gue harus pura pura bahagia dihadapan orang-orang disekitar gue. Sulit, ketika gue harus mengembangkan senyum dan menyembunyikan air mata gue dari hadapan dunia yang semakin jahat sama gue. Banyak kebohongan yang harus gue lakukan untuk menutupi betapa hancurnya hidup gue. Dan hal itu memang harus gue lakuin, karena percuma ketika gue menjelaskan mengenai hidup gue. Banyak yang tidak mengerti. Bahkan gue sendiripun ngga ngerti.
Lalu gue bisa apa? Mencoba menjelaskan ke orang-orang yang tidak mengerti? Mencoba berbicara pada orang-orang yang tingkat kepeduliannya rendah? Atau gue harus bertingkah konyol layaknya orang-orang bodoh hanya untuk membuat mereka memperdulikan hidup gue? Bodohnya gue. Maka, gue pilih untuk diam dan biarkan perasaan dan waktu yang akan mengakhirnya. Gue ngga menyerah, gue hanya pasrah dan biarkan Tuhan yang bekerja atas hidup gue. Sebusuk dan sehancur apapun hidup gue, gue percaya bahwa Tuhan punya rencana indah untuk orang buruk macam gule ini. Semoga.
Selagi Tuhan kerja, guepun juga ngga boleh diam saja. Gue musti berjalan beriringan dengan rencana Tuhan. Dan berusaha mengimbangi rencana Tuhan dengan kemampuan yang Tuhan berikan ke gue. Meski gue sadar, kadang gue terlalu berkhayal gue punya kemampuan lebih dari yang gue miliki saat ini. Ya, walaupun akhirnya itu membuat gue sakit karena kenyataannya gue ngga mampu berbuat apa-apa. Tapi setidaknya gue merasakan bahagia walaupun hanya khayalan. Dan gue harap ngga ada yang salah dengan harapan yang gue buat.
Kadang gue ngga pengen bangun dan terus berkhayal tentang hidup bahagia. Namun hidup harus tetap hidup, berjalan kedepan dan membiarkan khayalan itu melayang dan akhirnya terlepas. Dan gue kembali ke keadaan yang menekan gue lebih dari kemampuan yang gue punya. Dan gue tetap bertahan, bukan karena gue tegar, tapi karena gue masih pengen berkhayal tentang kebahagiaan yang entah akan menjadi kenyataan atau hanya akan menjadi sebuah khayalan saja.


== END ==